Aku hanya seorang perempuan biasa dari keluarga biasa. Namun aku merasa segalanya terasa cukup bagiku, aku memiliki kehidupan yang lengkap. Aku bahagia.
Ayah selalu memberikan nasehat-nasehatnya kepadaku, saat aku duduk berdua bersama beliau aku merasakan kehangatan yang begitu mendalam dalam hubungan kami, percakapan-percakapan yang selalu membawa makna tersendiri untuk bekalku menjalani kehidupan ini.
Masih teringat tentang kami dulu, 20 Juni 2009.
Malam itu, pukul 7 WIB.
Setelah aku jalan-jalan dengan ayah menuju ke suatu pelosok desa untuk berburu burung kolibri, Aku dan Ayah duduk di beranda rumah, beliau memintaku untuk memisahkan semut dari kroto-nya. Ayah juga ikut membantu. Setiap kali aku duduk dengan Ayah,ada saja yg dibicarakan. Aku merasa dekat dg beliau. dan malam itu terasa lain dr malam2 sebelumnya..pembicaraan kami hampir membuatku menangis..
Tentang bagaimana beliau memaknai pikiran sempit manusia, tentang bagaimana beliau memaknai penilaian manusia di mata Allah. Tentang bagaimana beliau memaknai rasa syukur. Tentang beliau memaknai besar kecil kecintaan manusia kpd Allah, tentang beliau memaknai surga dan neraka, tentang beliau memaknai makhluk hidup dan kehidupan,tentang beliau memaknai dunia, dan tentang beliau memaknai ujian dan musibah..
"Nak, beginilah dunia dan seisinya..penuh ketidakadilan, kerakusan, dan sebagainya. Tuhan telah menggariskannya, dan Ia pun mengijinkan semua ini begini. Ia yang menghendaki semua ini terjadi, tentang dunia, sifat-sifat manusia dan Ia juga Mengetahui semuanya apa yang telah dan belum terjadi. Namun ayah tidak ingin keluarga ayah terjebak dlm kehinaan dunia, jangan kotori hatimu dlm perdebatan & keluhan2, hiduplah dlm cinta, rahmatan lil alamin."
"Kita hidup adalah atas seijin-Nya, detak jantung ini berdetak adalah atas seijin-Nya, Kita bernafas adalah atas seijin-Nya dan atas segala rahmat dan karunia-Nya. Hati ini adalah titipan-Nya, jiwa dan raga adalah milik-Nya, dan semua pasti akan kembali kepada-Nya.
Musibah, bencana alam adalah salah satu cara Tuhan memberi jalan pada diri ini untuk kembali pada-Nya, karna diri ini sesungguhnya milik-Nya.
Menghujat musibah, munghujat kenapa selalu terjadi, banyak manusia tak bersalah menjadi korban. Lalu apakah kamu jg sedang menghujat Tuhan. Kita tak pernah pantas berkata demikian, bukankah diri ini milik-Nya? terserah apa yang hendak Ia lakukan pada ciptaan-Nya, seperti seorang pelukis yang berhak menyayangkan apapun kepada lukisannya, ataupun merobeknya bahkan membuangnya. Namun Tuhan itu Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Pemberi Rahmat dan Maha Pemurah, Garis-garis kehidupan yang Tuhan ciptakan kuyakin telah Ia tuliskan dengan seadil-adilnya. Kehidupan tak hanya di dunia, masih ada kehidupan lain yang lebih kekal."
Aku mungkin tak sanggup mengulang kembali semua kata-kata beliau, namun mendengarkannya saja begitu membuat hatiku terayuh mengenai makna kehidupan ini..luluh dan kutahan air mata ini menetes di depan beliau.
Pembicaraan kami waktu itu hanya berlangsung hampir 1 jam..namun membuahkan banyak makna yg begitu dalam di hati,akhlak dan pikiranku. Ku termenung setelah pmbicaraan itu. Beginikah aq yg bgtu 'bobrok' tak menyadari arti penting itu semua, yang mengeluh tak berarti, yang selalu menghujat kenapa dunia ini begitu tak adil?!?!
Dunia memanglah begini, Namun jadikan diri kita untuk mendapat tempat sebaik-baiknya di Mata Tuhan..Berlaku jujur, bertingkah laku seperti apa yang telah diajarkan Rasulullah SAW.
Kepada Ayahandaku tercinta, aku mencintaimu.. Ibu, aku juga sangat mencintaimu, terimakasih kalian ada dan melahirkanku atas keberadaan kalian sebagai orang tuaku.. Alhamdulillah ya Rabbku Yang Maha Pengasih.
Kharisma Nugrahandani Restuti
Ayah selalu memberikan nasehat-nasehatnya kepadaku, saat aku duduk berdua bersama beliau aku merasakan kehangatan yang begitu mendalam dalam hubungan kami, percakapan-percakapan yang selalu membawa makna tersendiri untuk bekalku menjalani kehidupan ini.
Masih teringat tentang kami dulu, 20 Juni 2009.
Malam itu, pukul 7 WIB.
Setelah aku jalan-jalan dengan ayah menuju ke suatu pelosok desa untuk berburu burung kolibri, Aku dan Ayah duduk di beranda rumah, beliau memintaku untuk memisahkan semut dari kroto-nya. Ayah juga ikut membantu. Setiap kali aku duduk dengan Ayah,ada saja yg dibicarakan. Aku merasa dekat dg beliau. dan malam itu terasa lain dr malam2 sebelumnya..pembicaraan kami hampir membuatku menangis..
Tentang bagaimana beliau memaknai pikiran sempit manusia, tentang bagaimana beliau memaknai penilaian manusia di mata Allah. Tentang bagaimana beliau memaknai rasa syukur. Tentang beliau memaknai besar kecil kecintaan manusia kpd Allah, tentang beliau memaknai surga dan neraka, tentang beliau memaknai makhluk hidup dan kehidupan,tentang beliau memaknai dunia, dan tentang beliau memaknai ujian dan musibah..
"Nak, beginilah dunia dan seisinya..penuh ketidakadilan, kerakusan, dan sebagainya. Tuhan telah menggariskannya, dan Ia pun mengijinkan semua ini begini. Ia yang menghendaki semua ini terjadi, tentang dunia, sifat-sifat manusia dan Ia juga Mengetahui semuanya apa yang telah dan belum terjadi. Namun ayah tidak ingin keluarga ayah terjebak dlm kehinaan dunia, jangan kotori hatimu dlm perdebatan & keluhan2, hiduplah dlm cinta, rahmatan lil alamin."
"Kita hidup adalah atas seijin-Nya, detak jantung ini berdetak adalah atas seijin-Nya, Kita bernafas adalah atas seijin-Nya dan atas segala rahmat dan karunia-Nya. Hati ini adalah titipan-Nya, jiwa dan raga adalah milik-Nya, dan semua pasti akan kembali kepada-Nya.
Musibah, bencana alam adalah salah satu cara Tuhan memberi jalan pada diri ini untuk kembali pada-Nya, karna diri ini sesungguhnya milik-Nya.
Menghujat musibah, munghujat kenapa selalu terjadi, banyak manusia tak bersalah menjadi korban. Lalu apakah kamu jg sedang menghujat Tuhan. Kita tak pernah pantas berkata demikian, bukankah diri ini milik-Nya? terserah apa yang hendak Ia lakukan pada ciptaan-Nya, seperti seorang pelukis yang berhak menyayangkan apapun kepada lukisannya, ataupun merobeknya bahkan membuangnya. Namun Tuhan itu Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Pemberi Rahmat dan Maha Pemurah, Garis-garis kehidupan yang Tuhan ciptakan kuyakin telah Ia tuliskan dengan seadil-adilnya. Kehidupan tak hanya di dunia, masih ada kehidupan lain yang lebih kekal."
Aku mungkin tak sanggup mengulang kembali semua kata-kata beliau, namun mendengarkannya saja begitu membuat hatiku terayuh mengenai makna kehidupan ini..luluh dan kutahan air mata ini menetes di depan beliau.
Pembicaraan kami waktu itu hanya berlangsung hampir 1 jam..namun membuahkan banyak makna yg begitu dalam di hati,akhlak dan pikiranku. Ku termenung setelah pmbicaraan itu. Beginikah aq yg bgtu 'bobrok' tak menyadari arti penting itu semua, yang mengeluh tak berarti, yang selalu menghujat kenapa dunia ini begitu tak adil?!?!
Dunia memanglah begini, Namun jadikan diri kita untuk mendapat tempat sebaik-baiknya di Mata Tuhan..Berlaku jujur, bertingkah laku seperti apa yang telah diajarkan Rasulullah SAW.
Kepada Ayahandaku tercinta, aku mencintaimu.. Ibu, aku juga sangat mencintaimu, terimakasih kalian ada dan melahirkanku atas keberadaan kalian sebagai orang tuaku.. Alhamdulillah ya Rabbku Yang Maha Pengasih.
Kharisma Nugrahandani Restuti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar