Senin, 13 Oktober 2014

Islam Tegak Dan Kuat Dengan Orang-Orang Bertekad Baja

Bismillah..
Saudara-saudaraku, para aktivis Islam. Ketahuilah, Islam kuat dan tegak dengan orang-orang bertekad baja, bukan dengan orang-orang murahan, orang-orang yang terbiasa hidup mewah dan foya-foya. Sungguh, Islam tidak mungkin kuat dengan orang-orang seperti itu. Islam kuat dan kokoh dengan orang-orang “besar” dan amanah besar yang tidak mampu dipikul langit dan bumi hanya bisa diemban dengan orang-orang besar.

Bagaimana Islam bisa tegak tanpa tekad seperti tekad Anas bin An-Nadr r.a.? Ia berkata, “Jika Allah mengizinkanku memerangi orang-orang musyrik, Dia akan melihat apa yang aku kerjakan.” Betul, Anas bin An-Nadhr punya kesempatan hadir di perang Uhud. Ia bertempur habis-habisan, hingga ditemukan 80 lebih luka saat ia meninggal. Tubuhnya dirobek-robek dan hanya bisa dikenali saudara perempuannya dengan melihat jari-jarinya. [1]

Bagaimana Islam dapat tegak dan berjaya kembali seperti dulu kala tanpa tekad seperti tekad Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. pada hari penumpasan orang-orang murtad? Kendati  berusia lanjut dan mudah menangis, ia berkata dengan tekad kuat, “Demi Allah, aku pasti memerangi orang-orang yang memisahkan shalat dengan zakat, kaena zakat itu hak harta. Demi Allah, andai mereka menolak membayar zakat unta dan kambing yang dulu mereka bayarkan kepada Rasulullah s.a.w., aku pasti memerangi mereka, karena mereka menolak membayar zakat tersebut.” [2]

Bagaimana Islam bisa kuat dan berjaya  tanpa tekad seperti tekad Mush’ab bin Umair r.a.? Tekad kuatnya membuat ia membuang masa remaja dan kehidupan serba “wah”, lalu beralih menjalani kehidupan keras, miskin dan penuh derita. Tekad kuatnya menjadi unsur paling penting keislaman sebagian besar penduduk Madinah.
Ketika ia memegang panji perang saat bertempur, tangan kanannya terpotong. Lalu ia memegang panji perang itu dengan tangan kirinya. Tangan kirinya juga terpotong tidak lama setelah itu, lalu ia memegang panji perang dengan kedua lengannya. Dalam kondisi seperti itu Mush’ab bin Umair diserang oleh Ibnu Qumi’ah dengan pedang hingga gugur sebagai syahid. Mush’ab bin Umair yang tadinya hidup mewah, hanya punya 1 baju untuk kafannya ketika ia meninggal dunia.

Bagaimana Islam dapat tegak dan berjaya seperti sedia kala tanpa tekad seperti tekad Shalahuddin Al-Ayyubi! Tekad besar membuatnya meninggalkan kehidupan mewah ala istana dan glamour serta lebih senang hidup di kemah, yang diombang-ambing kan angin di padang pasir bersama mujahidin.

Bagaimana Islam bisa kuat dan kembali berjaya seperti dulu kala tanpa tekad seperti tekad Umar  bin Abdul Aziz. Dengan tekad kuatnya, Allah ta’ala memperbaiki umat hanya dalam tempo waktu 2,5 tahun. Hingga dikatakan,”Pada masanya, serigala hidup rukun dengan kambing.” Hal ini bukan aneh dan mustahil, kecuali bagi orang-orang yang minim ilmu tentang Allah dan sunnatullah terhadap wali-walinya.

Karena begitu pentingnya tekad kuat dalam agama, Rasulullah s.a.w. berdoa, “Ya Allah, aku minta ketegaran dalam semua urusan dan tekad kuat berada di atas petunjuk.”
Ini untuk mendidik dan mentarbiyah kita—kaum Muslimin secara umum dan aktivis Islamsecara khusus.
Saya kagum dengan tekad kuat Waraqah bin Naufal. Ia berusia lanjut, tubuhnya lemah, tulangnya tidak kuat dan rambutnya beruban. Kendati demikian ia berkata kepada Rasulullah s.a.w. “Jika aku berada pada hari itu (hari engkau ditindas), aku pasti menolongmu mati-matian.” Lalu ia mendekatkan kepala Rasulullah dan menciumnya. Ia tua menurut usianya, tapi muda tekad dan semangatnya.

Tekad tinggi itu mendidih di hati para pemiliknya laksana air mendidih di periuk dan memotivasinya mengerjakan kerja-kerja besar setiap pagi dan petang, hingga ia berkata seperti yang dikatakan Imam Syafi’I, “Istirahatnya orang laki-laki (aktivis) itu satu bentuk kelalaian”.
Sebuah tekad yang kuat,
dapat mengubah sesuatu
yang mustahil menjadi rasional.
Dan teruslah maju ke depan,
 kendati banyak kendala dan rintangan.

[1] Diriwayatkan Al Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasai  dan Ahmad.
[2] Diriwayatkan Al-Bukhari dan Ahmad
- Dari buku Tausiyah untuk Aktivis Islam (Dr. Najih Ibrahim)

--

Kharisma Nugrahandani Restuti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar