Bahaya Taqlid.
Taqlid buta dapat menimbulkan fanatisme yang berlebihan. Jika ini yang terjadi, maka tidak ada penghargaan lagi terhadap pendapat orang lain. Yang penting adalah kata Imamku, kata Kyaiku, kata Ulamaku, yang benar adalah mazhabku, kelompokku dan partaiku. Tak peduli lagi salah atau benar. Tidak jarang hal seperti ini menimbulkan konflik dan gesekan dengan pihak lain dan tidak jarang berakhir dengan kerugian materi bahkan nyawa.
Jika sudah seperti ini, maka yang terjadi ialah perpecahan, perbedaan tidak lagi membawa rahmat, tapi membawa laknat.
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat” QS. Ali Imran : 105
Taqlid buta akan menyuburkan kecenderungan untuk pasrah, Ijtihad yang merupakan upaya sungguh-sungguh untuk mengambil kesimpulan hukum dari dalil-dalil yang ada akan menjadi lesu. Produktifitas intelektualitas akan menjadi lesu, kreatifitas mati suri, inovasi terhambat, umat menjadi tidak kritis. Jika ini yang menimpa mayoritas umat islam, maka dalam bidang apapun akan selalu ketinggalan. Hanya membebek orang yang dianggap lebih superior, orang yang seperti ini akan menggoda oenguasa dan pemuka agama untuk melakukan penyimpangan.
Membolehkan begitu saja taqlid buta sama saja seperti melantunkan inferioritas, rendah diri, tidak percaya dengan kemampuan sendiri. Jika ini yang terjadi pada umat dan bangsa, maka umat pada bangsa ini tidak akan pernah jadi pemain, tidak akan jadi penentu, hanya akan jadi mainan, hanya akan menjadi buih di lautan.
"Hampir tiba suatu masa dimana bangsa-bangsa lain akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang kelaparan mengerumuni hidangan mereka."
Maka salah seorang sahabat bertanya,"Apakah karena jumlah kami yang sedikit pada masa itu?"
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab,"Bahkan, pada masa itu jumlah kamu banyak sekali, tetapi kamu umpama BUIH di lautan, dan Allah akan mencabut 'rasa gentar' terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan melemparkan ke dalam hati kamu penyakit al-wahnu."
Seorang sahabat bertanya, "Apakah itu al-wahnu itu, ya Rasulullah?"
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab, "Cinta dunia dan takut mati." (HR Abu Dawud & Ahmad)
Penyakit taqlid buta juga akan cenderung mengkultuskan atau menganggap suci orang yang diikuti, juga akan memperlakukan atau memuji secara berlebihan, menganggap suci apapun yang berhubungan dengan orang tersebut. Padahal Rasulullah S.A.W. yang merupakan manusia terpilih melarang untuk memuji diri beliau secara berlebihan.
“Janganlah kalian berlebih- lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang- orang Nasrani telah berlebih- lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba- Nya, maka katakanlah, “’Abdullaah Wa Rosuuluhu (hamba Alloh dan Rasul- Nya)”. [HR. al- Bukhori]
Pujian berlebihan bisa dalam bentuk memuji dengan sifat-sifat yang hanya berhak untuk Allah atau memuji dengan hal yang mengada-ada dan bohong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar