Sebuah wasiat agar kita senantiasa memperhatikan niat pada setiap amalan yang kita lakukan.Carilah niat yang baik, karena kita akan diganjar dengannya. Ulama berkata,
“Berapa banyak amalan kecil yang ganjarannya dilipatgandakan dengan niat?” Ya, amalan kecil. Saya memberikan uang seribu rupiah kepada seorang fakir miskin, tetapi di hati saya ada perasaan rindu kepada Allah. Lalu saya memberikan uang tersebut dengan sembunyi-sembunyi, sehingga saya termasuk tujuh hamba yang dinaungi oleh naungan Allah. Amal tersebut menjadi besar di sisi Allah. Bahkan dengan niat, mampu mengubah adat kebiasaan menjadi ibadah.
Sungguh ada keberuntungan bagi orang yang ikhlas. Ia akan mendapat naungan rahmat dan juga anugerah dari Allah. Bagi orang yang ikhlas, ia tidak akan melakukan sesuatu kecuali ia kemas niatnya agar lurus hanya karena Allah semata.
Saat hendak duduk dikursi misalnya, ia pun membaca “Bismillahirrahmanirrahim” dengan penghayatan di dalam hati bahwa jika tidak karena Allah yang memberinya kekuatan dan kesehatan, maka ia tidak akan mampu untuk duduk. Ia pun bahkan akan mengatakan, “Ya Allah, semoga aktivitas duduk ini menjadi amalan kebaikan.” Lisannya senantiasa memuji Allah atas nikmat berupa kemampuan untuk duduk, sehingga ia dapat beristirahat menghilangkan penat dan lelah.Banyak orang yang melakukan aktivitas duduk, namun tidak mendapatkan pertambahan nilai apapun selain hanya menaruh pantat di kursi, sehingga tidak perlu heran jika suatu saat Allah memberinya teguran dengan penyakit ambien atau bisul.
Begitu pun ketika makan, mari kita sempurnakan niat dalam hati. Tiada satu hari pun yang luput dari limpahan curahan nikmat-Nya.Kalau membeli sesuatu pun, mari kita niatkan bahwa apa yang dibeliitu karena Allah. Salah satu contohnya ketika membeli kendaraan.
Menurut Rasulullah,kendaraan itu ada tiga :
1. Kendaraan untuk Allah
2. Kendaraan untuk setan
3. Kendaraan untuk dirisendiri
Kalau niatnya benar,dipakai untuk kemaslahatan, seperti untuk ibadah, untuk Islam, dan juga untuk muamalah lainnya, maka inilah kendaraan untuk Allah. Namun jika sekedar untuk riya', pamer, ujub, maka inilah kendaraan untuk setan. Adapun kendaraan hanya dipakai untuk menuruti keinginan, makainilah kendaraan untuk diri sendiri.Ikhlaskanlah segala sesuatu hanya karena Allah. Kunci ikhlas adalah niat. Katakanlah, “Ya Allah, saya memerlukan kendaraan yang layakuntuk bisa meringankan dalam menuntut ilmu, dalam bekerja, berbuat amal kebaikan dan bisa meringankan dalam menjaga amanah, serta semakin mendekatkan diri pada-Mu.”. Niat seperti ini perlu kita lakukan dalam kehidupan. Perhatikanlah agama yang indah ini, yang mengubah adat kebiasaan menjadi ibadah.
"Katakanlah:“Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah . . .”” (Al-An'am : 162)
Mungkin, di antara kita ada yang ingin menjadi seorang yang kaya. Ada apa dengan menjadiorang kaya? Menjadi kaya ternyata mampu menjadikan manusia lebih mulia dari manusia yang lain dalam pandangan manusia, lalu bebas menikmati waktu untuk bepergian, dan sebagainya. Dengan tujuan seperti ini, ia tidak akan memperoleh pahala, maka berniatlah! Ikhlaskan hati karena Allah. Tiada gunanya menjadi kaya karena dunia.Tetapi katakanlah pada diri, “akan lebih berguna jika aku kaya untuk berinfak di jalan Allah”
Apa yang kita harapkan dari melahirkan anak, ya ukhti? Hanya sekedar menjadikannya teman bercanda? Katakanlah, “Aku ingin melahirkan anak-anak yang mentauhidkan Allah. Aku akan gembira dengan anakku yang sujud di hadapan-Mu, wahai Tuhanku. Ia menjadi seperti Shalahuddin atau Khalid bin Walid. Aku berharap anakku menjadi hamba-hamba-Mu wahai Tuhanku.”Jika kita meniatkan ini,maka semua jerit tangis anak yang nyaris menghalangi kita dari tidur nyenyak di malam hari, serta semua rasa letih dalam mengasuh anak, akan berubah menjadi pahala bagi kita. Mengapa? Karena kita berniat untuk mendidik anak untuk menjadi hamba Allah.
Teringat sebuah kalimat yang menggambarkan sosok seorang mukhlis, Umar bin Abdul Aziz. “Tiadalah Umar bin Abdul Aziz itu melangkahkan kaki kecuali dengan niat.”
Mari kita ikhtiarkan niat-niat ini! Untuk sempurna dalam berikhlas memang sulit, namun berniat dalam melakukan ibadah dan adat kebiasaan akan sangat mungkin dilakukan. Awali semua aktivitas dengan niat karena Allah.
Referensi : Hati Sebening Mata Air, Indahnya Kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar