Berangkat dari
semangat dakwah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, dalam menyebarkan agama
Islam, menyebarkan keindahan Islam, menyebarkan kebenaran. Begitu pula para
sahabat, tabi’in, tabi’ut tabiin, dan seterusnya kemudian para ulama, para da’i
dan bahkan guru-guru dan sahabat-sahabat yang saya miliki sekarang. Tentu ilmu
saya jelas sangatlah minim, sangat-sangat minim. Tak jarang saya juga berbuat
salah, namun diingatkan kembali pada hadits “Sampaikanlah dariku walau hanya
satu ayat” (HR. Bukhari) yang tak pernah menghentikan semangat saya dalam
menyampaikan kebenaran, selain itu juga sebagai penyemangat saya pribadi untuk
mengamalkan apa yang saya dapatkan, namun kemudian tetap berusaha untuk belajar
kembali dari kesalahan-kesalahan saya, dari kekurangan-kekurangan saya dan juga
belajar dari pengalaman-pengalaman orang lain. Sering pula saya salah dalam tata
cara penyampaian, hal itu tak lain karena minimnya ilmu yang saya miliki, atau
karena keteledoran saya pribadi, atau faktor-faktor lainnya.
Mengingat
kembali kepada para inspirator saya, tak jarang orang membenci bahkan mencaci
maki mereka. Ingatlah perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan dienul Islam;
dicaci maki, dihina, disakiti, bahkan hendak dibunuh oleh para penentang
beliau. Banyak pejuang-pejuang dienul Islam yang juga mengalami cobaan yang
serupa, mereka dihina, dipenjara, dikubur hidup-hidup, dibunuh secara berlahan
agar merasakan betapa sakitnya penyiksaan menuju kematian. Apa yang kita alami tentu masih belum seberapa
dibandingkan dengan ujian orang-orang shalih, sedangkan amal dan perjuangan
kita masih sangat sedikit.
"Apakah manusia mengira bahawa mereka akan
dibiarkan mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji?"
(QS Al-Ankabut:2-3)
Siapa yang tidak
kenal Bilal bin Rabah? Dan siapalah yang tidak menitikkan air mata mendengar
atau membaca kisah beliau r.a. Siksaan
bertubi-tubi yang dilancarkan kaum kafirin Quraisy terhadap seluruh muslimin
yang lemah saat itu begitu berat, termasuk yang dialami Bilal, perjuangan
mempertahankan aqidah yang sungguh luar biasa, yang seharusnya dimiliki oleh
setiap pribadi muslim. Ya, tentang
Aqidah, salah satu problematika yang kini sedang melanda generasi umat muslim. Banyaknya
paham-paham di luar Islam yang mulai menggerogoti keyakinan dalam tubuh umat
Islam. Bahkan tak jarang jargon-jargon dari paham-paham tersebut diseru-serukan
dan dibangga-banggakan oleh umat Islam itu sendiri.
Sungguh, saya
sedang tidak membatas-batasi cara pandang manusia, mungkin orang lain
beranggapan bahwa cara pandang saya ini sangatlah sempit. Namun saya hanya
berusaha memandang dalam kaca mata Islam secara kaffah. Karena bagi saya, hanya
Islamlah satu-satu agama yang haq, satu-satunya pedoman yang benar dalam kita
menjalani kehidupan di seluruh sendinya.
Disini dalam memahami
konteks ‘benar’ tentu sangatlah luas, bahkan bisa jadi akan munimbulkan
pertanyaan ‘Benar menurut siapa?’ dan tentu saja benar menurut Allah! Lalu bagaimana
kita tahu bahwa hal ini atau hal itu adalah benar menurut Allah? Disini saya
berusaha keras untuk sangat hati-hati dalam menyampaikannya. Dari pertanyaan
tersebutlah yang seharusnya membuat setiap muslim berusaha mempelajari syari’at
Islam agar memahami apa-apa yang sebenarnya Allah kehendaki, apa-apa yang Allah
ridhoi dan tidak Allah ridhoi, dan telah diterangkan melalui syari’at Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad Rasulullah shalallahu’alaihiwassalam dan sudah menjadi kewajiban setiap muslim
untuk mempelajari ilmu agama ini, terlebih ilmu aqidah sebagai pondasi utama
seorang muslim.
Kali ini saya menekankan dan memfokuskan untuk berhati-hatilah pada paham pluralisme yang menganggap
bahwa semua agama itu sama, atau semua agama itu benar atau baik. Namun
katakanlah semua agama itu baik menurut keyakinannya masing-masing, dan
keyakinan masing-masing manusia tentu belum pasti benar dan sesuai menurut
pandangan Allah. Karena hanya Islamlah agama yang diridhoi oleh Allah dan
inilah(Islam) agama yang haq(benar).
(إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ
الْإِسْلَامُ (ءال عمران
“Sesungguhnya
agama yang diridlai oleh Allah hanya agama Islam”, QS. Ali ‘Imran: 19.
Lantas, jika agama yang
diridhai Allah hanya agama Islam, bagaimana dengan penganut agama-agama
lainnya? Bagaimana amalan-amalan kebaikan yang pernah dilakukannya? Bagaimana
kedermawanan mereka dicatat?
“Siapa yang melakukan amal shalih,
baik laki-laki atau perempuan sedang dia
itu mukmin, maka Kami akan berikan kepadanya penghidupan yang baik serta
Kami akan memberikan kepadanya balasan dengan balasan yang lebih baik dari apa
yang telah mereka amalkan” (QS. An Nahl [16]: 97).
“Siapa yang melakukan amal shalih,
baik laki-laki atau perempuan sedangkan
dia mukmin, maka mereka masuk surga seraya mereka diberi rizqi di dalamnya
tanpa perhitungan” (QS.
Ghafir/Al Mukmin [40]: 40)
“Dan siapa yang
melakukan amal shalih, sedang dia itu
mukmin, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya dan sesungguhnya
Kami tuliskan bagi dia apa yang dia lakukan” (QS. Al Anbiya [21]: 94)
Semua ayat mengisyaratkan bahwa iman adalah syarat untuk
diterimanya amal shalih.
“Orang-orang yang kafir kepada
Tuhannya, amalan-amalan mereka (orang-orang musyrik/ kafir) adalah bagaikan
debu yang diterpa oleh angin kencang di hari yang penuh badai” (QS. Ibrahim [14]: 18)
“Dan orang-orang kafir amalan mereka itu bagaikan
fatamorgana di tanah lapang, yang dikira air oleh orang yang dahaga, sehingga
tatkala dia mendatanginya ternyata dia tidak mendapatkan apa-apa, justeru dia
mendapatkan (ketetapan) Allah disana kemudian Dia menyempurnakan
penghisaban-Nya” (QS.
An Nur [24]: 39)
Masih banyak lagi ayat-ayat
lainnya yang menjelaskan tentang amalan yang sia-sia bagi mereka yang
menyekutukan Allah. Ini
(tauhid) adalah syarat paling mendasar yang jarang diperhatikan oleh banyak
orang. Inilah sebagian jawaban bagi mereka
yang masih membangga-banggakan jargon-jargon liberalisme atau pluralisme.
Tulisan ini
semata-mata saya tulis karena Allah, dan untuk menggugurkan kewajiban saya
dalam menyampaikan kebenaran, dan hanya Allah sajalah yang mampu membukakan maupun
menutup pintu hidayah kepada manusia. Sungguh tak ada maksud lain selain dari
hal tersebut, senantiasa mengharap rahmat Allah agar membukakan pintu hidayah
kepada kita semua dan agar diberikan akhir yang khusnul khatimah. Aamiin ya
Rabbal ‘Alamin
Wallahu a’lam bish-shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar