Surah Lukman ayat 13, “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar."”
Sesungguhnya kemusyrikan itu adalah kezaliman, penganiayaan dan penyimpangan yang luar biasa. Semoga Allah menyelamatkan kita dari dosa yang paling besar yang tidak akan pernah bisa diampuni ini.
Sejarah Syirik,
Berawal dari merebaknya kemusyrikan dimasa kakek dan ayahnya Nuh a.s. Sejak zaman nabi Adam sudah ada kemaksiatan sampai zaman Idris a.s., generasi ke 6 adam a.s ini sudah ada kemaksiatan tapi belum ada kesyirikan.
Dimulai masa kakek dan ayahnya Nuh a.s. Penyebabnya adalah terlalu berlebihan menyikapi orang shaleh di kalangan mereka.
Konon ada orang baik dan dermawan, orang yang sangat welas asih dengan orang disekitarnya, sehingga orang di sekitar merasakan banyak sekali manfaat dari kebaikan orang shalih ini. Turun temurun diceritakan kebaikannya, hingga orang shalih dan baik ini wafat. Kemudian lukisan tubuhnya menyebar dimana2, merebak dimana-mana. Awalnya sekedar ingin mengingat jasa-jasa kebaikannya. Orang mengunjungi kuburnya sekedar untuk mengingat jasa-jasanya. Setan lalu membisikkan “kenapa tidak kau buat patung sehingga nampak lebih indah” Lalu dibuat patunglah orang ini dimana-mana, lalu lama kelamaan digeser, menyetarakan kebaikan orang itu setara dengan Tuhan.
Iblis lalu melancarkan tipu dayanya dan mengelabuhi orang yang lemah akal, lalu kemudian memberikan persembahan kepada patung-patung orang shalih, welas asih, baik, berjasa dan penuh manfaat itu. improvisasi terus berlanjut dengan memberi nama, orang baik ini diberi nama Waddan, Suwa’an, Yaghutha, Ya'auga, dan Nasran, kemudian didefinisikan sendiri-sendiri. Yang satu dewa pemberi rizki, dewa pemberi hujan misalnya, dll. Begitulah kesyirikan terjadi di kalangan Nuh a.s.
Manusia itu awalnya bertauhid semuanya, berTuhan pada Tuhan yang satu. Fitrah manusia itu sesungguhnya tidak menghendaki adanya dua Tuhan, baik dengan keyakinannya maupun fitrah rasionalnya.
“Maka luruskanlah wajahmu kepada agama yang lurus ini” ini perintah agar kita tidak terperangkap seperti kaum Nuh a.s.
Fitrah yang telah Allah berikan kepada manusia yaitu mempunyai daya rasa bertauhid dan berTuhan. Tidak akan ada perubahan dari ciptaan Allah ini. Kesyirikan itu sebetulnya sesuatu yang datang dari luar diri manusia, bukan dari dalam diri manusia, sehingga kesyirikan itu sesuatu yang asing, janggal dari rasio, dan mengganjal di jiwa.
Sampai kemudian Allah mengutus Nuh, Rasul Pertama yang diutus Allah di dunia ini, karena ada kemusyrikan disana. ”Maka Allah megutus Nabi”, yang dimaksud adalah Nuh, yang diutus sebagai rasul pertama dimuka bumi. Apa akibat kemusyrikan di masa Nuh a.s.? Bencana apa yang ditimpakan kepada masyarakat Nuh saat itu? Banjir. Dimusnahkan manusia pada masa Nuh a.s. Bencana-bencana yang ditimpakan kepada umat manusia biasanya disebabkan karena kKemusyrikan. Naudzubillahi mindzalik.
Setelah masa Nuh a.s. kemusyrikan datang lagi, turun temurun kemusyrikan ini terjadi, maka diutuslah Nabi Ibrahim a.s.
Nabi Ibrahim a.s. aslinya adalah orang Babilonia sebelah baratnya Iraq, sehingga Nabi Ibrahim tidak setahun sekali mengunjungi Ismail dan Hajar di Mekah karena Nabi Ibrahim menetap dengan istri pertamanya Sarah di Mesir. Bahkan ketika Ismail menikah dan ketika Hajar wafat, Ibrahim tidak sedang di Mekah. Kesyirikan berlanjut setelah wafatnya Ismail.
Ada orang Arab yang membawa patung dari luar, yaitu bernama Amr Al Lahyi Al Huza’i. Patung yang diberi nama Latta, Uzza, Manat, dan Hubal, yang akhirnya menjadi sesembahan mereka. Kemudian Allah utus nabi Muhammad s.a.w.
Begitulah awal terjadinya kemusyrikan di muka bumi ini, terlalu mengagungkan orang shaleh, dengan menggambar wajahnya dan membuat patungnya. Sedangkan kemaksiatan pertama di muka bumi ini adalah lagu dan musik, itu terjadi mulai dari masa keturunan Habil dan Qabil. Itulah karenanya kita harus melindungi diri dari hal-hal yang melalaikan kita dari mengingat Allah S.W.T.
Wallahu a'lam bishshawab
Saya tulis ulang dari ceramah Ustadz Bachtiar Nasir mengenai "Syirik dalam Berhukum", Sesi 1 dari 3.
--
Kharisma Nugrahandani Restuti
Sesungguhnya kemusyrikan itu adalah kezaliman, penganiayaan dan penyimpangan yang luar biasa. Semoga Allah menyelamatkan kita dari dosa yang paling besar yang tidak akan pernah bisa diampuni ini.
Sejarah Syirik,
Berawal dari merebaknya kemusyrikan dimasa kakek dan ayahnya Nuh a.s. Sejak zaman nabi Adam sudah ada kemaksiatan sampai zaman Idris a.s., generasi ke 6 adam a.s ini sudah ada kemaksiatan tapi belum ada kesyirikan.
Dimulai masa kakek dan ayahnya Nuh a.s. Penyebabnya adalah terlalu berlebihan menyikapi orang shaleh di kalangan mereka.
Konon ada orang baik dan dermawan, orang yang sangat welas asih dengan orang disekitarnya, sehingga orang di sekitar merasakan banyak sekali manfaat dari kebaikan orang shalih ini. Turun temurun diceritakan kebaikannya, hingga orang shalih dan baik ini wafat. Kemudian lukisan tubuhnya menyebar dimana2, merebak dimana-mana. Awalnya sekedar ingin mengingat jasa-jasa kebaikannya. Orang mengunjungi kuburnya sekedar untuk mengingat jasa-jasanya. Setan lalu membisikkan “kenapa tidak kau buat patung sehingga nampak lebih indah” Lalu dibuat patunglah orang ini dimana-mana, lalu lama kelamaan digeser, menyetarakan kebaikan orang itu setara dengan Tuhan.
Iblis lalu melancarkan tipu dayanya dan mengelabuhi orang yang lemah akal, lalu kemudian memberikan persembahan kepada patung-patung orang shalih, welas asih, baik, berjasa dan penuh manfaat itu. improvisasi terus berlanjut dengan memberi nama, orang baik ini diberi nama Waddan, Suwa’an, Yaghutha, Ya'auga, dan Nasran, kemudian didefinisikan sendiri-sendiri. Yang satu dewa pemberi rizki, dewa pemberi hujan misalnya, dll. Begitulah kesyirikan terjadi di kalangan Nuh a.s.
Manusia itu awalnya bertauhid semuanya, berTuhan pada Tuhan yang satu. Fitrah manusia itu sesungguhnya tidak menghendaki adanya dua Tuhan, baik dengan keyakinannya maupun fitrah rasionalnya.
“Maka luruskanlah wajahmu kepada agama yang lurus ini” ini perintah agar kita tidak terperangkap seperti kaum Nuh a.s.
Fitrah yang telah Allah berikan kepada manusia yaitu mempunyai daya rasa bertauhid dan berTuhan. Tidak akan ada perubahan dari ciptaan Allah ini. Kesyirikan itu sebetulnya sesuatu yang datang dari luar diri manusia, bukan dari dalam diri manusia, sehingga kesyirikan itu sesuatu yang asing, janggal dari rasio, dan mengganjal di jiwa.
Sampai kemudian Allah mengutus Nuh, Rasul Pertama yang diutus Allah di dunia ini, karena ada kemusyrikan disana. ”Maka Allah megutus Nabi”, yang dimaksud adalah Nuh, yang diutus sebagai rasul pertama dimuka bumi. Apa akibat kemusyrikan di masa Nuh a.s.? Bencana apa yang ditimpakan kepada masyarakat Nuh saat itu? Banjir. Dimusnahkan manusia pada masa Nuh a.s. Bencana-bencana yang ditimpakan kepada umat manusia biasanya disebabkan karena kKemusyrikan. Naudzubillahi mindzalik.
Setelah masa Nuh a.s. kemusyrikan datang lagi, turun temurun kemusyrikan ini terjadi, maka diutuslah Nabi Ibrahim a.s.
Nabi Ibrahim a.s. aslinya adalah orang Babilonia sebelah baratnya Iraq, sehingga Nabi Ibrahim tidak setahun sekali mengunjungi Ismail dan Hajar di Mekah karena Nabi Ibrahim menetap dengan istri pertamanya Sarah di Mesir. Bahkan ketika Ismail menikah dan ketika Hajar wafat, Ibrahim tidak sedang di Mekah. Kesyirikan berlanjut setelah wafatnya Ismail.
Ada orang Arab yang membawa patung dari luar, yaitu bernama Amr Al Lahyi Al Huza’i. Patung yang diberi nama Latta, Uzza, Manat, dan Hubal, yang akhirnya menjadi sesembahan mereka. Kemudian Allah utus nabi Muhammad s.a.w.
Begitulah awal terjadinya kemusyrikan di muka bumi ini, terlalu mengagungkan orang shaleh, dengan menggambar wajahnya dan membuat patungnya. Sedangkan kemaksiatan pertama di muka bumi ini adalah lagu dan musik, itu terjadi mulai dari masa keturunan Habil dan Qabil. Itulah karenanya kita harus melindungi diri dari hal-hal yang melalaikan kita dari mengingat Allah S.W.T.
Wallahu a'lam bishshawab
Saya tulis ulang dari ceramah Ustadz Bachtiar Nasir mengenai "Syirik dalam Berhukum", Sesi 1 dari 3.
--
Kharisma Nugrahandani Restuti

Tidak ada komentar:
Posting Komentar