Rabu, 08 Oktober 2014

Karena Kita Hidup Tak Sendiri, Sejauh Mana Kepekaan Kita?


Memiliki kepekaan merupakan poin penting yang harus dimiliki oleh setiap manusia, karena manusia tidak hidup sendiri. Dengan menumbuhkan kepekaan, kita akan berusaha melihat dari sisi yang lain, berusaha memahami pikiran orang lain, agar kita tahu apakah orang lain merasa nyaman ataukah tidak dengan kehadiran kita, atau setidaknya agar orang lain tidak terganggu dengan keberadaan kita, dan akan jauh lebih baik jika kita bisa membantu orang lain, sehingga orang lain bisa mendapatkan manfaat dari diri kita.

Kepekaan seperti ini juga sering disebut sebagai rasa empati, perasaan yang harus dimiliki oleh setiap manusia. karena manusia adalah makhluk sosial, maka dari rasa empati inilah nilai kemanusiaan itu tumbuh.

Menumbuhkan kepekaan harus dibiasakan sejak seseorang menginjak usia dini, ketika mereka mulai dapat belajar dan memahami sesuatu dengan inderanya. Kepekaan adalah persoalan etika, dan lingkungan sangat mempengaruhi tumbuhnya kepekaan seseorang terhadap orang lain ataupun terhadap lingkungannya.

Kepekaan dapat diaplikasikan dari hal-hal kecil disekitar kita, namun dampaknya bisa saja sangat besar dan memiliki pengaruh yang lebih luas bagi lingkungan dan masyarakat. Banyak orang yang justru melalaikan hal-hal yang dianggap kecil / remeh, tanpa mereka sadari banyak orang yang merasa terganggu atas hal yang dianggap kecil / remeh tersebut. Seperti yang telah disebutkan tadi, pentingnya memiliki kepekaan agar setidaknya orang lain tidak merasa terganggu atas keberadaan kita.

Lebih-lebih jika kita hidup bersama-sama dengan orang lain, dalam lingkungan bertetangga, kos, asrama, atau tempat lainnya. Bahkan di lingkungan keluarga pun sangat perlu menumbuhkan kepekaan ini.

Di lingkungan keluarga misalkan, sebagai seorang anak memiliki kewajiban untuk membantu orang tuanya, membantu meringankan perkerjaan orang tua dalam mengurusi urusan rumah tangga seperti menyapu, mencuci, dsb. Namun banyak anak yang tidak peka ketika melihat ibunya menyapu lantai, tapi si anak malah justru asik menonton televisi. Atau ketika melihat piring-piring kotor menumpuk di wastafel pencucian piring, bukannya membantu mencuci, malah justru menambah piring-piring kotor semakin menumpuk. Atau jika memiliki pembantu di rumah, terkadang si anak berdalih, “kan ada pembantu yang mencucinya”, padahal pembantu sudah seharian mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lainnya seperti mencuci pakaian, mengepel, menyapu, memasak dan lain sebagainya.

Di lingkungan kos / asrama misalkan, seseorang menyetel musik keras-keras sehingga mengganggu tetangga kamarnya. atau seseorang membiarkan sampah menumpuk terlalu lama sehingga baunya menyengat dan tercium oleh orang lain. Hal ini tentu sangat mengganggu orang-orang yang ada disekitarnya. Seseorang yang memiliki kepekaan, ia akan segera membersihkan piring-piring kotor yang ia pakai dan tidak membiarkan orang lain merasa terganggu karena melihat piring-piring kotor bertumpuk, apalagi jika piring-piring tersebut dipakai bersama-sama, jangan sampai ketika orang lain ingin menggunakan piring atau sendok namun semuanya belum dicuci karena kotor kita pakai.

Seseorang yang memiliki kepekaan, ia akan segera meminta sapu dari ibunya ketika sang ibu sedang menyapu lantai, membiarkan sang ibu beristirahat dan sang anak melanjutkan pekerjaan menyapu tersebut.

Seseorang yang memiliki kepekaan, ia tidak akan membuang sampah sembarangan atau menambah-nambahi daftar pekerjaan petugas kebersihan yang akan memunguti / menyapu sampah yang kita buang secara sembarang tersebut.

Seseorang yang memiliki kepekaan, ia tidak akan membiarkan sampahnya menumpuk penuh terlalu lama sehingga menimbulkan bau tidak sedap yang akan tercium juga oleh orang lain. Ia akan segera membuangnya agar tetap bersih dan tidak bau.

Seseorang yang memiliki kepekaan, ia akan segera membersihkan dan merapikan kamarnya yang kotor atau berantakan, agar diri sendiri dan orang lain merasa nyaman ketika berada di kamar kita.

Seseorang yang memiliki kepekaan, ia tidak akan membiarkan orang lain menunggu diri kita. dan akan menepati janji sesuai waktu dan kadarnya.

Seseorang yang memiliki kepekaan, ia akan segera berhenti berbicara ketika pembicaraannya terlalu membosankan bagi lawan bicaranya, atau ia akan memahami dari mimik muka lawan bicaranya jika lawan bicaranya sedang terburu-buru untuk pergi, sehingga ia akan segera menghentikan pembicaraannya.

Seseorang yang memiliki kepekaan, jika ia melihat benda menyakitkan di jalan seperti batu atau ranting yang berpotensi menyakiti manusia, ia akan segera menyingkirkan benda tersebut agar tidak menyakiti orang lain. Hal ini di dalam agama Islam juga termasuk bagian dari cabang keimanan. 

Masih banyak lagi contoh-contoh kepekaan ataupun sikap empati lainnya. Ketidak-pekaan bisa menjadi suatu kezaliman terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, namun banyak orang yang tidak menyadarinya dan meyepelekan hal ini. Padahal sesepele apapun perbuatan yang berpeluang memberi manfaat atau menyakiti orang lain, pasti akan dicatat dalam daftar amalan umat manusia dan akan dihisap pada waktunya nanti hingga mendapatkan balasan dari-Nya.

Nah, jika kita berhadapan dengan orang-orang yang minim kepekaan, maka tindakan pertama yang harus kita lakukan adalah JANGAN MARAH! Hadapilah ketidak-pekaan dengan kepekaan! Karena jika kita merasa marah dan jengkel atas perbuatan orang lain,  kita juga termasuk orang-orang yang tidak peka. Bersabarlah, karena setiap kejadian apapun pasti terkandung hikmah di dalamnya. Jadikan setiap keburukan yang dilakukan orang lain menjadi ladang amal shaleh untuk kita.

Misalnya ketika kita melihat piring-piring kotor di wastafel pencucian piring padahal bukan kita yang memakainya, maka akan menjadi kesempatan beramal shaleh bagi kita jika kita mau mencucinya. Luruskan niat juga, ikhlas. Jangan sampai kita berharap-harap agar perbuatan kita dilihat oleh orang lain (terlebih si pemakai piring kotor), atau jangan sampai pula kita mencucikan piring bekas pakai orang lain tapi kita masih menggerutu.

Jika ingin menasehati, pikirkanlah cara terbaik untuk menasehati, jangan sampai menyinggung perasaan orang lain yang dinasehati. Misalkan jika ada orang yang membuang sampah sembarangan, jangan lantas kita marah-marahi di tempat, apalagi jika di tempat tersebut banyak orang, ia akan merasa malu. Nasehatilah dengan pelan dan penuh kelembutan, agar si pembuang sampah sembarangan ini mudah menerima nasehat tersebut dan tidak merasa sakit hati.

Jagalah kepekaan dan rasa empati ini agar tetap ada di dalam hati kita. Rasa peka dan empati juga perlu pengontrolan, karena merupakan amalan yang bersifat kontinu, dan ajarkanlah pada anak-anak kita agar mereka mengerti pentingnya kepekaan terhadap orang lain dan alam terutama di lingkungan sekitar. Think globally, act locally.

In Syaa Allah kebaikan kecil ini akan menjadi sangat besar nilainya di mata Allah, jika kita melakukannya dengan penuh keikhlasan dan dengan cara yang baik.

Semoga bermanfaat.
Kharisma Arby

Bandung, 7 Oct 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar