Bismillah..
Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi berkata :
Di antara sifat para
ulama akherat adalah
mereka mengetahui bahwa
dunia ini hina
sedangkan akherat adalah
mulia.
Keduanya seperti
kebutuhan pokok,
namun mereka lebih
mementingkan akherat.
Perbuatan mereka tidak
bertentangan dengan perkataannya,
Kecenderungan mereka
hanya kepada
ilmu-ilmu yang
bermanfaat di akherat
dan menjauhi ilmu-ilmu
yang sedikit manfaatnya.
Diriwayatkan dari Syaqiq Al-Balkhi, bahwa dia pernah
bertanya kepada Hatim (muridnya) :
“Sudah berapa lama engkau menyertaiku, lalu apa saja
yang engkau peroleh dariku?”
Hatim menjawab : Ada 8 perkara :
1.
Aku melihat manusia,
ternyata setiap orang memiliki sesuatu yang dicintainya. Namun, jika ia telah
dibawa ke kuburannya, ternyata ia harus berpisah dengan yang dicintainya. Maka
aku jadikan kecintaanku adalah kebaikanku, agar kebaikan itu tetap menyertaiku.
2.
Aku melihat Allah berfirman
dalam kitab-Nya: “… dan menahan diri dari keinginan hawa nafsu.” (QS. An
Nazi’at [79] : 40). Maka aku berusaha untuk mengenyahkan hawa nafsu sehingga
diriku menjadi tenang karena taat kepada Allah.
3.
Aku juga melihat bahwa
setiap orang memiliki sesuatu yang bernilai dalam pandangannya, lalu ia pun
menjaganya. Kemudian aku perhatikan firman Allah : “Apa yang ada di sisi kalian
akan lenyap dan apa yang ada di sisi Allah akan kekal.” (Q.S. An Nahl [16]:
96). Maka setiap kali aku memiliki sesuatu yang berharga, aku segera
menyerahkannya kepada Allah agar ia kekal di sisi-Nya.
4.
Kulihat banyak orang
kembali kepada harta, keturunan dan kemuliaan serta kedudukan. Padahal semuanya
ini tidak ada nilainya apa-apa. Lalu kuperhatikan firman Allah: “Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa di antara kalian.” (QS. Al Hujurat [49]: 13). Karena itu aku selalu
beramal dalam lingkup ketakwaan, agar aku menjadi mulia di sisi-Nya
5.
Kulihat manusia sering iri
dan dengki, lalu kuamati firman Allah : “Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan mereka.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 32). Karena
itu kutinggalkan sifat dengki dan iri.
6.
Kulihat mereka saling
bermusuhan, lalu kuamati firman Allah : “Sesungguhnya setan adalah musuh yang
nyata bagi kalian, maka jadikanlah ia sebagai musuh kalian.” (QS. Fathir[35]:
6). Karena itu aku tidak mau bermusuhan dengan merka dan hanya setanlah yang
aku jadikan sebagai musuhku.
7.
Aku melihat mereka berjuang
habis-habisan untuk mencari rizki. Lalu kuamati firman Allah : “Dan tidak ada
suatu binatang melata pun di bumi, melainkan Allahlah yang memberi rizkinya.”
(Q.S. Hud[11]: 6). Karena itu aku menyibukkan diriku dalam perkara yang memang
menjadi kewajibanku dan kutinggalkan sesuatu meskipun memberikan keuntungan
kepadaku.
8.
Kuamati mereka megandalkan
oerdagangan, usaha dan kesehatan badan mereka. Tapi aku mengandalkan Allah
dengan bertawakal kepada-Nya.
Kemudian Ibnu Qudamah berkata lagi :
“Diantara sifat ulama akherat adalah mereka membatasi
diri untuk tidak terlalu dekat dengan para penguasa dan bersikap waspada jika
bergaul dengan mereka.”
“Diantara sifat para ulama akherat adalah mereka lebih
bayak mengkaji ilmu tentang amal yang berkaitan dengan hal-hal yang membuat
amal-amal itu menjadi rusak, mengeruhkan hati dan menimbulkan keguncangan.
Sebab gambaran amal-amal itu dekat dan mudah, tapi
yang paling sulit adalah membuatnya bersih.
Sementara dasar agama adalah menjaga diri dari
keburukan. Bagaimana mungkin seseorang menjaga amal jika ia tidak mengerti apa
yang harus dijaganya”
“Diantara sifat para ulama akherat adalah mereka
mengkaji rahasia-rahasia amal syar’iyah dan mengamati hukum-hukumnnya. Sifat
mereka lainnya adalah mengikuti shahabat dan para tabi’in yang terpilih serta
menjaga diri dari perkara-perkara bid’ah”
Mukhtasar Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah: 21-23
Mizanul Muslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar