Minggu, 12 Oktober 2014

Sifat Para Ulama Akherat

Bismillah..
Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi berkata :

Di antara sifat para ulama akherat adalah
mereka mengetahui bahwa dunia ini hina
sedangkan akherat adalah mulia.
Keduanya seperti kebutuhan pokok,
namun mereka lebih mementingkan akherat.
Perbuatan mereka tidak bertentangan dengan perkataannya,
Kecenderungan mereka hanya kepada
ilmu-ilmu yang bermanfaat di akherat
dan menjauhi ilmu-ilmu yang sedikit manfaatnya.

Diriwayatkan dari Syaqiq Al-Balkhi, bahwa dia pernah bertanya kepada Hatim (muridnya) :
“Sudah berapa lama engkau menyertaiku, lalu apa saja yang engkau peroleh dariku?”

Hatim menjawab : Ada 8 perkara : 
1.     Aku melihat manusia, ternyata setiap orang memiliki sesuatu yang dicintainya. Namun, jika ia telah dibawa ke kuburannya, ternyata ia harus berpisah dengan yang dicintainya. Maka aku jadikan kecintaanku adalah kebaikanku, agar kebaikan itu tetap menyertaiku.

2.    Aku melihat Allah berfirman dalam kitab-Nya: “… dan menahan diri dari keinginan hawa nafsu.” (QS. An Nazi’at [79] : 40). Maka aku berusaha untuk mengenyahkan hawa nafsu sehingga diriku menjadi tenang karena taat kepada Allah.

3.    Aku juga melihat bahwa setiap orang memiliki sesuatu yang bernilai dalam pandangannya, lalu ia pun menjaganya. Kemudian aku perhatikan firman Allah : “Apa yang ada di sisi kalian akan lenyap dan apa yang ada di sisi Allah akan kekal.” (Q.S. An Nahl [16]: 96). Maka setiap kali aku memiliki sesuatu yang berharga, aku segera menyerahkannya kepada Allah agar ia kekal di sisi-Nya.

4.    Kulihat banyak orang kembali kepada harta, keturunan dan kemuliaan serta kedudukan. Padahal semuanya ini tidak ada nilainya apa-apa. Lalu kuperhatikan firman Allah: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian.” (QS. Al Hujurat [49]: 13). Karena itu aku selalu beramal dalam lingkup ketakwaan, agar aku menjadi mulia di sisi-Nya


5.    Kulihat manusia sering iri dan dengki, lalu kuamati firman Allah : “Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan mereka.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 32). Karena itu kutinggalkan sifat dengki dan iri.

6.    Kulihat mereka saling bermusuhan, lalu kuamati firman Allah : “Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian, maka jadikanlah ia sebagai musuh kalian.” (QS. Fathir[35]: 6). Karena itu aku tidak mau bermusuhan dengan merka dan hanya setanlah yang aku jadikan sebagai musuhku.

7.    Aku melihat mereka berjuang habis-habisan untuk mencari rizki. Lalu kuamati firman Allah : “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi, melainkan Allahlah yang memberi rizkinya.” (Q.S. Hud[11]: 6). Karena itu aku menyibukkan diriku dalam perkara yang memang menjadi kewajibanku dan kutinggalkan sesuatu meskipun memberikan keuntungan kepadaku.

8.    Kuamati mereka megandalkan oerdagangan, usaha dan kesehatan badan mereka. Tapi aku mengandalkan Allah dengan bertawakal kepada-Nya.



Kemudian Ibnu Qudamah berkata lagi :
“Diantara sifat ulama akherat adalah mereka membatasi diri untuk tidak terlalu dekat dengan para penguasa dan bersikap waspada jika bergaul dengan mereka.”

“Diantara sifat para ulama akherat adalah mereka lebih bayak mengkaji ilmu tentang amal yang berkaitan dengan hal-hal yang membuat amal-amal itu menjadi rusak, mengeruhkan hati dan menimbulkan keguncangan.
Sebab gambaran amal-amal itu dekat dan mudah, tapi yang paling sulit adalah membuatnya bersih.
Sementara dasar agama adalah menjaga diri dari keburukan. Bagaimana mungkin seseorang menjaga amal jika ia tidak mengerti apa yang harus dijaganya”

“Diantara sifat para ulama akherat adalah mereka mengkaji rahasia-rahasia amal syar’iyah dan mengamati hukum-hukumnnya. Sifat mereka lainnya adalah mengikuti shahabat dan para tabi’in yang terpilih serta menjaga diri dari perkara-perkara bid’ah”

Mukhtasar Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah: 21-23
Mizanul Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar