Jumat, 08 Februari 2013

Ikhtilath Kampus

Ikhtilat merupakan campur baur antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya. Betapa hal ini sempat saya lalaikan bertahun-tahun lamanya. Bahkan lingkungan yang sedang kujejaki kali ini, lingkungan kampus, yang tak pernah jauh dari apa yang disebut ikhtilat.

Menyedihkan ketika saya baru menyadari akan hal ini, semoga ini termasuk masalah darurat karena memang belum ada kan kelas Teknik Informatika yang khusus untuk perempuan/mahasiswi, meski demikian sebagai seorang muslimah kita wajib menjaga kehormatan diri dengan tidak bercampur baur dengan laki-laki yang bukan mahramnya jika memang tidak diperlukan.

Di dunia kampus, kebanyakan kita tak pernah jauh dari organisasi, termasuk saya. Ketika membahas ikhtilath tentu kondisinya sangat memprihatinkan, saya pun juga hanya memperhatikan hal-hal yang menurut saya dianggap berlebihan saat itu. Nanti saya ceritakan (insya Allah).

Bagi pembaca yang sedang atau pernah menempuh jenjang pendidikan di bangku kuliah, barangkali tak asing lagi dengan himpunan, BEM, unit/UKM, dan organisasi/club lainnya. Campur baur antara laki-laki dan perempuan menjadi begitu biasa disini, tak ada rasa risih sedikitpun. Duduk berdempetan antara mereka yang bukan mahramnya, bahkan ada sesama anggota yang berpacaran, tak segan-segan menampakkan kemesraan di depan teman-teman lain. Menurut saya ini sudah sangat berlebihan dan jauh dari rasa malu. Allah jelas melarangnya. Bukan saya atau ustadz, tapi Allah.

Dulu saya tak punya keberanian untuk mempermasalahkan hal ini, hanya membatin risih melihatnya, dan mencoba ntuk membiasakan diri dengan kondisi tersebut. Jangan pula membayangkan ada hijab/pembatas ketika rapat di ruang sekre organisasi (kecuali rohis^^), untuk mengelompok sendiri-sendiri--misal laki-laki duduk di bagian kanan dan perempuan duduk di sebelah kiri-- pun tidak akan terbenak di pikiran masing-masing anggota, tanpa sadar akan haramnya ikhtilath ini. Semua bercampur baur dan berdempetan, mau duduk di tengah, kanan kiri, ah, begitu permisif.

Interaksi antara perempuan dan laki-laki pada dasarnya tidak dilarang. Boleh atau wajib jika untuk keperluan yang mendesak dan untuk mewujudkan misi yang luhur seperti mencari ilmu yang berguna, keshalihan, kebajikan atau hal lainnya yang menuntut kedua belah pihak untuk bekerja sama.

Hal itu tidak berarti bahwa batasan-batasan antar keduanya kemudian harus di lewati atau norma-norma Syariat yang mengatur interaksi antara laki-laki dan perempuan harus ditanggalkan.

Outbound. 
Acara ini seperti tidak pernah lepas dari kegiatan kemahasiswaan, terutama dalam organisasi. Ketika acara pelantikan anggota baru atau sekedar untuk refreshing, beruntung setelah acara ini bisa dapet gebetan atau pacar baru (Ups, bukan beruntung tapi buntung). Acara outbound seperti ini memang biasanya sangat manjur untuk mengakrabkan sesama anggota, sekaligus untuk melepas penat setelah disibukkan dengan kegiatan akademik. Bisa ngumpul bareng temen-temen, ketawa ketiwi, nge-games, nyanyi-nyanyi main gitar di depan api unggun.Seru banget gak sih, ya kaaan?!! Tapi, tapi... ada banyak hal yang diabaikan oleh seorang muslim, terutama tentang hal yang sedang kita bahas, yaitu IKHTILATH. Berikut contoh gambarnya, yang saya ambil dari gugel.

Gambar di atas sangat umum terjadi di outbound-outbound pelajar. Kan jadi berabe kalo pas nge-games gak sengaja meluk lawan jenis, atau baju/celana jadi tersingkap, atau kalau jatuh ambruk jadi pada tumpang tindih deh, waduh O_o. Dengan dalih untuk melatih kekompakan, bukan berarti harus melanggar syariat dan norma agama, kan kan ;). Sebagai seorang muslim yang mengaku berusaha meneladani Rasulullah dan para sahabatnya, kita pantas malu jika masih mengikuti atau mengabaikan atau bahkan justru turut menyelenggarakan kegiatan cambur baur antar laki-laki dan perempuan seperti yang diilustrasikan pada gambar di atas.

"Yaa itu kan sekedar permainan, mbak." Eitss..kita bisa kok mengadakan permainan yang tidak melanggar syariat, misal, buatlah permainan yang terpisah tempat antara laki-laki dan perempuan, yang laki-laki di deket hutan sana misalnya, terus yang perempuan deket sungai. Terpisah deh.

Seringkali agak sulit untuk memperbaiki itu semua jika sudah menjadi adat istiadat turun temurun dari generasi ke generasinya di dalam organisasi, apalagi pemahaman tentang ikhtilath yang masih sempit.
Di antara kita ada yang berusaha untuk memperbaiki itu semua ketika berada di organisasi sekuler, tetapi kebanyakan kita justru terbawa arus dan tak sanggup lagi berbuat apa-apa, meski dengan menjadi ketua sekalipun. Hati-hati ketika ingin mewarnai tapi malah justru terwarnai.

Membersihkan kolam berlumpur bukanlah dengan cara masuk ke dalam kolam tersebut. Bersihkan lah dari luar kolam. Jika sendiri mungkin akan sangat meletihkan, ajaklah kawan lain, susun strategi, be patient and do it. ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar