Sabtu, 13 April 2013

Ayah

Bismillahirrahmanirrahim

"Anakku, waktu kadang terasa lambat bagi mereka yg menunggu, tp terlalu cepat bagi yg terburu buru. waktu terlalu panjang bagi mereka yg gundah, tp terlalu pendek bagi yg bahagia. Namun waktu adalah anugrah bagi mereka yg selalu bersyukur, dengan bersyukur, Allah akan membalas dengan rahman dan rahimNya. 
Syukur akan membukakan pintu cakrawala hidup. bersyukur membuat apa yang kita miliki menjadi cukup, bahkan lebih. anakku.. Jangan lupa utk menjaga tahajudmu, mg kita semua senantiasa diberkahi kesehatan dan keselamatan..... salam sayang selalu ", Pesan bapak saat aku tinggal beberapa bulan di melaka malaysia 2011 lalu. 

Seseorang yang selalu ku panggil pah atau bapak. Beliau adalah pemimpinku, beliau juga pemimpin masyarakat, nasihat-nasihat beliau selalu aku rindukan, saat dulu sering duduk berdua di meja makan atau di meja kerja atau saat beliau menceritakan berbagai kisah menjelang tidur siang. 

Terdiam aku menangis saat beliau berucap المرأةالصالحة ketika kukecup tangan beliau seminggu lalu setelah acara sumpah profesi kakak, aku hanya mengamini karena aku sangat sadar bahwa aku belum pantas disebut demikian. Tentu ada keinginan mutlak bahwa المرأةالصالحة itu harus ada pada diri, seiring itu harus ada usaha, tekat, ilmu, pengamalan istiqomah, yang demikian bisa lebih terbukti ketika menjalani bahtera rumah tangga apakah si fulanah betul-betul seorang المرأةالصالحة.

Sejak aku kecil, bapak ingin sekali aku sekolah di pesantren. Namun beliau tidak kuasa memaksaku jika aku tidak mau. Pernah suatu ketika aku berkeinginan untuk tinggal di pesantren untuk mengisi liburan, beliau mengajak pak dhe untuk memilihkan pesantren untukku. Saat aku tidak betah, dan meng-sms beliau dengan meminjam HP seorang pengurus pondok, beliau langsung datang menjengukku. Saat aku benar-benar ingin pulang karena ketidakcocokanku berada di tempat tersebut, beliau langsung menjemputku. Bapak tidak pernah memaksakan keinginan anak-anaknya. Ada saatnya beliau begitu memanjakan anak-anaknya, dan ada saatnya beliau membiarkan anak-anaknya menjalani pilihannya asalkan positif. Dari beliau aku belajar mandiri dimanapun aku berada hingga detik ini. Saat aku mendaftar SMP, SMA, Perguruan Tinggi hingga bapak dan ibu heran bagaimana aku mendapatkan kesempatan pertukaran pelajar dan bagaimana aku mendapatkan kesempatan belajar gratis dan bahkan ditanggung biaya hidupnya di salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia. Aku bukan siapa-siapa, aku bukan anak yang pintar maupun cerdas, itu berkat doa dan dorongan bapak dan ibu. Allah menunjukkan jalan ini.

Betapa aku tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku, betapa aku ingin membahagiakan mereka, dan betapa aku bercita-cita untuk mengejutkan mereka berdua kelak di surga dengan hadirnya hadiah mahkota kemuliaan yang terbuat dari cahaya. Kan kugapai itu sebelum ku meninggal nanti insyaa Allah. aamiin. 

Pah,bu, maafkan anakmu, jika sering kali menyusahkan bapak dan ibu, atau seringkali menyakiti bapak dan ibu, atau sering kali membuat bapak dan ibu bingung dengan kelakuan Riris. Riris cinta bapak dan ibu, karena Allah.


Kharisma Nugrahandani Restuti binti Shobirin
Kamar kos Tuisda 1.42, Dago, Bandung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar