Bismillahirrahmanirrahim.. Terinspirasi dari sebuah film ‘Emak Ingin Naik Haji’, mungkin bagi yang sudah menyaksikannya sudah tau bagaimana jalan cerita film tersebut, akan saya ulas secara singkat, dan bagaimana film tersebut begitu memberi hikmah bagi saya. Seorang emak dengan seorang anak dalam kehidupannya yang sangat sederhana, begitu besar harapan sang emak untuk berkunjung ke tanah kelahiran Rasulullah SAW, tanah kelahiran Islam. Hanya saja di usianya yang sudah lanjut dan biaya yang belum mencukupi, beliau belum bisa memenuhi cita-citanya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima tersebut. Untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah sangat bersyukur kepada Allah. :)
Disisi lain,
beliau memiliki seorang tetangga yang sangat kaya dengan rumah gedong nan megah
di tengah-tengah perkampungan kecil, dan dengan mudahnya sang tetangga ini dapat
menunaikan ibadah haji, bahkan umrah berkali-kali.
Tak pernah
menyurutkan semangat emak dalam berikhtiar dan berdoa untuk memenuhi
kerinduannya untuk dapat menunaikan ibadah haji, emak tetap senantiasa menolong
orang lain. Meski jumlah tabungan emak untuk berangkat haji tidak banyak, saat
ada saudara yang membutuhkan pertolongan, emak langsung memberikan seluruh uang
tabungannya, dan saat tetangga emak sakit dan kekurangan makanan, emak langsung
membantunya, memberikan uang untuk berobat dan makan, dengan sisa-sisa uang
yang ada yang bertahun-tahun telah emak tabung.
Sikap emak ini mengingatkanku pada sebuah tulisan Yusuf Qaradhawi dalam Fiqh Prioritas, bahwa kewajiban menolong sesama muslim lebih utama daripada kewajiban berhaji. Kewajiban menolong sesama muslim ini tidak bisa ditangguhkan karena berkaitan dengan nyawa manusia, sedangkan kewajiban berhaji masih bisa ditangguhkan, insya Allah.
Sikap emak ini mengingatkanku pada sebuah tulisan Yusuf Qaradhawi dalam Fiqh Prioritas, bahwa kewajiban menolong sesama muslim lebih utama daripada kewajiban berhaji. Kewajiban menolong sesama muslim ini tidak bisa ditangguhkan karena berkaitan dengan nyawa manusia, sedangkan kewajiban berhaji masih bisa ditangguhkan, insya Allah.
Ada kutipan
dari Emak yang begitu menggugah hati saya, dan meleleh air mata mendengar ungkapan dari beliau yang begitu tulus hatinya :
“Kalaupun
Allah keburu memanggil emak sebelum emak sempat naik haji, emak ikhlas. Raga emak
mungkin belum mampu untuk menyeberangi samudera yang sangat luas ini untuk
pergi ke tanah suci, tapi emak yakin Allah pasti tau hati emak sudah lama
berada di sana.”
Hal ini
mengingatkanku akan entah berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk
bersenang-senang, berjalan-jalan, makan makanan mahal, dsb. Namun disekitar
saya masih begitu banyak orang-orang yang mau makan saja masih sangat susah,
padahal merupakan kewajiban untuk membantu sesama umat Islam.
Hal itu juga
yang mengurungkan niat saya untuk travelling ataupun membeli kamera dan tetap
berhemat dan menunaikan kewajiban membantu orang-orang disekitar. Barangkali
disekitar kita ada saudara-saudara dekat kita yang sedang dililit hutang, atau
yang sedang menahan lapar karena belum bisa berbelanja makanan karena tak ada uang.
Dan saat kutemui beberapa orang disekitar saya, kenyataan tersebut memang benar
adanya. Ya Allah banyak sekali yang sebetulnya masih membutuhkan pertolongan
kita.
Ya Allah jika
hamba lalai, ingatkanlah hamba. Jika hamba dalam kemaksiatan, segera
keluarkanlah hamba darinya. Jangan biarkan hamba berlarut-larut dalam kelalaian
dan kemaksiatan itu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar