Senin, 01 April 2013

7 LANGKAH DAKWAH FARDIAH


Oleh : Kharisma Nugrahandani Restuti (Kharisma Arby)
resume buku "Dakwah Fardiah" - Mustafa Masyhur

Menyeru manusia kepada Allah adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat dan membuahkan ganjaran yang besar sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.:
“Jika Allah s.w.t memberi hidayah kepada seorang lelaki lantaran anda, itu lebih baik bagimu daripada setiap apa yang disinari matahari.” (Riwayat at-Tabrani)
Menyeru manusia kepada Allah merupakan amalan islami yang penting, disana terdapat dakwah ‘Ammah (dakwah umum) seperti majlis ilmu, buku, dsb. dan dakwah Fardiyah (dakwah individu). Pembahasan kali ini mengenai dakwah Fardiyah.

USLUB DAN MARHALAH
Kita hendaklah memahami realita muslimin yang menjadi medan dakwah kita karena tuntutan sekarang ialah memindahkan mereka dari realitas kehidupan yang menguasai mereka pada hari ini. Mereka hidup dengan kefahaman yang salah, malas dalam mengamalkan Islam, dsb. Melalui penelitian dan kajian terhadap masyarakat, kita akan mendapati bahwa kelemahan iman, tidak memahami hakekat Islam dengan sebenarnya dan serangan pemikiran adalah faktor utama yang menyebabkan musuh-musuh Islam menjadikan sebagian muslimin sebagai kuda tunggangan mereka untuk memerangi Islam secara disadari maupun tidak.

Kebanyakan muslim pada hari ini sibuk dengan urusan dunia dan lalai dari mengingat Allah s.w.t dan mentaati perintah-Nya. Mereka seperti sekumpulan manusia yang sedang nyenyak tidur. Di sebelah mereka terdapat api yang menyala dan akan membakar mereka sekiranya mereka masih tertidur. Di kalangan manusia yang sedang nyenyak tidur, terdapat mereka yang tidak tidur dan menyadari apa yang terjadi di sekelilingnya, tetapi tidak mampu memadamkan api yang sedang membakar. Ketika itu kewajiban mereka ialah segera membangunkan manusia yang nyenyak tidur supaya setiap mereka menyadari keadaan masing-masing dan menjauhkan diri dari api. Bangunkanlah mereka terlebih dahulu, kemudian diperingatkan.

Seorang da’i harus bersabar dalam usahanya menyeru kepada Islam. Dia harus mengharap balasannya hanya dari Allah dan mengikuti jejak langkah Nabi Muhammad s.a.w. Baginda nabi menyeru manusia dan kerap kali mendapatkan gangguan dan cercaan. Beliau tetap bersabar dan terus meneruskan dakwah sambil berdoa yang artinya “Wahai Tuhanku, berilah hidayah kepada kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”

Marhalah Pertama
Mewujudkan hubungan dan perkenalan dengan mad’u(orang yang didakwahi). Ketika itu Penerimaan thadap dakwah yang Anda kemukakan berkadar pada keberhasilan Anda memberikan perhatian dan memenangi hatinya dalam tahapan ini.

Marhalah Kedua
Membangunkan iman yang lesu di jiwa mad’u. Sebaiknya mengambil pendekatan secara tidak langsung seolah-olah tanpa disengaja, dengan mengambil kesempatan dari melihat lingkungan atau alam disekitar kita, berbincang tentang makhluk-makhluk Allah dan kekuasaan Allah dan keagungan ciptaan-Nya.
“..dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imran : 191)
Memikirkan penciptaan Allah menjadikan seseorang mengagumi dan mengagungkan Allah serta mendorongnya untuk mengingat akhirat, pembalasan yang akan diterima disana dan mendorong seorang mukmin untuk memohon kepada Allah agar menyelamatkannya dari azab neraka. Ia akan memahami tujuan manusia diciptakan oleh Allah adalah untuk beribadah kepada-Nya semata.

Marhalah Ketiga
Pada marhalah ini kita membantunya dalam memperbaiki diri dengan cara mengajarkannya perkara-perkara ketaatan kepada Allah dan ibadah-ibadah fardhu, membiasaka diri untuk melakukan kedisiplinan, menjauhi maksiat dan berakhlak  Islam.
Akan sangat baik jika ia dibekali buku-buku, kemudian mengajaknya untuk menghadiri majlis-majlis ilmu dan ceramah, mengajaknya berkenalan dengan orang-orang salih dan menjauhkannya dari orang-orang jahat. Tidak sepantasnya pula kita membiarkannya dalam waktu yang lama tanpa mengikuti perkembangannya dan tanpa pembimbingan, hal ini dilakukan agar ia mampu meneruskan perjalanan di jalan Islam dan menjauhi factor-faktor yang menyebabkannya mundur dan malas.

Marhalah Keempat
Menjelaskan pengertian ibadah yang syumul tanpa membatasinya dalam perkara shalat, puasa, zakat, dan haji saja. Akan tetapi juga mencangkupi seluruh aspek kehidupan, seperti makan, minum, pakaian, ilmu, amal, pernikahan, riyadhah, memelihara anak-anak, dsb.
Ini semua adalah ibadah kepada Allah dengan mencukupi dua syarat, yakni niat karena Allah dan melaksanakannya sesuai dengan syariat Islam. Segala usaha dan amal yang kita kerjakan adalah karena Allah dan harus sesuai dengan syariat Allah s.w.t. agar amal ibadah yang kita lakukan ini diterima oleh Allah.

Marhalah Kelima
Menjelaskan bahwa agama Islam adalah agama yang bermasyarakat. Islam adalah sistem kehidupan, pemerintahan, perundangan, daulah, jihad, dan ummah. Kita juga mesti memahami bahwa kewajiban kita terhadap Islam adalah berjuang dan bersungguh-sungguh supaya Islam berkuasa di muka bumi.
"…sehingga tidak ada lagi fitnah dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah semata-mata…"(al-Baqarah: 193)
Tuntutan marhalah dakwah Islam pada hari ini mewajibkan umat Islam untuk berusaha menegakkan daulah Islam dan mengembalikan khilafah Islam yang telah diruntuhkan oleh musuh-musuh Islam.
Daulah Islamiyah adalah tanggungjawab setiap muslim dan muslimah yang hidup di marhalah dakwah ini. Mad’u juga harus dijelaskan bahwa seluruh umat Islam berdosa jika mereka tidak berusaha untuk menegakkan Daulah Islamiah.

Marhalah Keenam
Setiap muslim tidak mampu menegakkan Daulah Islamiah dan mengembalikan khilafah Islamiah secara sendirian, melainkan harus dengan jamaah (organisasi).
Hal ini adalah perkara pokok dan asasi. Kebanyakan muslimin tidak merasakan keperluan mendesak dalam mewujudkan jamaah ataupun menggabungkan diri di dalamnya. Mereka bersikap demikian karena tidak mau memikul tanggungjawab, ataupun lebih mengutamakan hidupnya dan menjauhkan diri dari perkara yang tidak disukai yang mungkin terpaksa dihadapi apabila dia menggabungkan diri ke dalam Jamaah.

Marhalah Ketujuh
Marhalah ketujuh yaitu menjawab persoalan “Jamaah manakah yang seharusnya dianggotai?”
Di medan bergerak berbagai jamaah dan semuanya mengajak para pemuda utnuk menganggotainya. Semuanya membawa bendera Islam, mempunyai lambang-lambang dan cara-cara tersendiri untuk menarik para pemuda. Kita mestilah teliti dalam memilih jalan perjuangan mana yang patut untuk dilalui dan diyakini selamat.
Kita tidak sepatutnya tergesa-gesa dalam memilih jamaah yang perlu dianggotai untuk merealisasikan prinsip-prinsip Islam. Untuk merealisasikan tuntutan Islam dan menegakkan Daulah Islamiah, kita mesti mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh Rasulullah s.a.w. Beliau telah memantapkan aqidah Islam ke dalam  jiwa mukminin, melalui madrasah inilah lahirnya Rijalul Aqidah (pendukung-pendukung aqidah).
Aqidah mengawali diri mereka, mempengaruhi perasaan dan menguasai jiwa-jiwa mereka. Aqidah menjadi segala-galanya dalam kehidupan mereka. Karena aqidah, mereka mengorbankan waktu, tenaga, kesehatan, pemikiran, harta dan jiwa mereka. Karena aqidah, mereka sanggup bertahan, menanggung segala bentuk penyiksaan dan menghadapi resiko. Kemudia Rasulullah s.a.w mempersaudarakan sesama mereka dan menyusun mereka. Rasulullah s.a.w. mengambil sumpah setia dan perjanjian dengan mereka untuk mempertahankan Islam menggunakan segala apa yang mereka miliki.
Sebelum terbentuknya kumpulan mukmin yang mantap dan bersatu yaitu ketika jumlah kaum muslimin masih sedikit, Rasulullah s.a.w. berpesan agar mereka bersabar dalam menempuh cobaan dan tetap bersama dalam kebenaran yang mereka imani, serta terus menyampaikan dakwah Islam kepada orang lain. Rasulullah s.a.w. tidak meminta mereka menghadapi kebatilan dengan menggunakan kekuatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar