Sepulang kerja terasa begitu melelahkan bagi Azmi, ia langsung meletakkan tas kerjanya di samping tempat tidur dan segera mengorek isi tasnya dalam keadaan lelah, ada sms dari salah seorang mutarabi-nya bahwa ia sudah mengirim tugas yang Azmi berikan minggu lalu. Sudah seminggu lebih Azmi tak membuka e-mailnya yang satu ini. Ada beberapa inbox masuk yang belum ia baca, dari beberapa mutarabinya dan dari teman Azmi, Sadam. Inbox dari Sadam ini begitu mengejutkan. Sadam, seorang teman lama dari Yaman yang ia temui di Singapura dua tahun lalu. Azmi sempat menimba ilmu di Singapura sekitar 2 tahun lamanya, dan ia bertemu dengan beberapa teman dari berbagai negara disana.
Azmi kembali teriang pada saat-saat ia belajar di sana, Azmi memang sangat akrab dengan teman-teman dari lainnya terutama dari Indonesia. Saat itu sedang ada perkumpulan mahasiswa Indonesia yang ingin membahas tentang acara International Culture di kampus Azmi, dan saat itu Azmi bertemu dengan Sadam dan beberapa mahasiswa international lainnya. Sejak saat itu Azmi mulai berkomunikasi dengan mereka melalui jejaring sosial.
Azmi membaca dengan seksama inbox dari Sadam.
Assalamu'alaikum Azmi. How are you? How is your life? Azmi, I want to tell you that three months ago I returned to Yemen and asked to my parents for permission to work in Singapore. I have been accepted to work in a company here. My parents let me. Now I've had in Singapore. If you and your family do not mind, I'd like to meet you in Indonesia. Do you have free time for me?
Pesan ini, ah..Bagaimana bisa seorang ikhwan yang tak terlalu Azmi kenal ini menjadi seolah-olah begini akrabnya. Azmi hanya mengenal Sadam dari beberapa teman Indonesia yang satu flat dengan Sadam. Mengapa harus bilang ke Azmi kalau Sadam ingin berkunjung ke negara ini? Ada apa tiba-tiba Sadam ingin ke Indonesia? Dan bukankah masih banyak teman laki-laki dari Indonesia yang bisa ia hubungi, Mengapa menghubungi Azmi yang seorang perempuan? Pantaskah? Berbagai pertanyaan bergelayut di benak Azmi, ia bingung harus menjawab apa.
Wa'alaikumsalam warahmatullah. Alhamdulillah, I'm fine. How are you and how's your family?
I'm glad to hear about you. I was surprised to read your email that you want to visit Indonesia. Have you inform Ardhi, Yahya and other friends that you want to come here?
Dua puluh menit kemudian Sadam telah membalas email Azmi. Betapa mengejutkannya bagi Azmi, bahwa Sadam ingin menemui Azmi dan keluarga Azmi saja. Sadam benar-benar berharap Azmi mau menerimanya. Dan akhirnya Azmi mengiyakan dan segera memutuskan jadwal pertemuannya dengan Sadam.
***
Tanggal pertemuan itu akan tiba esok. Azmi tentu sudah memberi tahu keluarganya tentang Sadam, dan telah mempersiapkan semuanya, bagaimana penjemputan dari bandara dan bagaimana penginapan Sadam. Orang tua Azmi sangat terbuka dalam menerima tamu dan sangat senang menyambut tamu yang tak biasa ini.
Ayah Azmi dan Azmi menjemput Sadam di bandara, Ayah Azmi berbicara dengan bahasa Arab pada Sadam. Azmi tak begitu mengerti perbincangan sang Ayah dengan Sadam. Sadam dan Ayah Azmi tetap saja melanjutnya perbincangannya sesampainya di rumah.
"Sadamnya disuruh istirahat dulu aja bi." Kata Azmi yang menengok sang Ayah yang tengah asik ngobrol dengan Sadam di ruang tamu.
Saat sang Ayah mempersilahkan Sadam beristirahat, Sadam menolak. Ia ingin segera menuju ke topik utama pembicaraan. Ia ingin berkenalan lebih dalam lagi dengan Azmi, hanya itu yang Sadam sampaikan pada orang tua Azmi saat itu. Ah, sudah bisa Azmi tebak, hanya saja dulu-dulu ia tak mau terlalu percaya diri untuk mengira hal ini akan terjadi. Dan sekarang, Azmi bingung harus menjawab apa saat sang Ayah membicarakan hal ini padanya setelah Sadam diantar ke hotel terdekat dengan rumah.
Bercampur aduk perasaan menyelimuti Azmi malam itu. Ia memang tidak terlalu mengenal Sadam. Namun, bagaimana bisa Sadam memilih dirinya. Ini kan baru mau ta'aruf, pikir Azmi, Ia bisa saja menolak Sadam, tapi mungkin akan menjalani proses ini terlebih dahulu, jika Allah menghendaki Sadam adalah jodohnya. Malam ini Azmi terus terngiang akan apa yang sedang menimpa dirinya, Sadam laki-laki berdarah arab ini bagaimana bisa memilih Azmi, bukankah di luar sana masih banyak muslimah-muslimah yang jauh lebih baik dari Azmi. Apa yang Sadam lebihkan dari Azmi. Azmi hanya segera beristikharah, berharap segera menemukan petunjuk dari Allah.
Sadam seorang diri datang ke Indonesia, jadi proses ta'aruf hanya ia lakukan saat Ayah Azmi sedang di rumah. Azmi baru tahu bahwa Sadam adalah seorang hafidz sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar di Yaman. Selama ini Azmi hanya tau bahwa suara Sadam sangat indah ketika membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an saat Sadam menjadi imam di masjid kompleksnya dulu di Singapura. Tak sedikitpun Azmi memperhatikan Sadam saat itu. Banyak yang Sadam ceritakan tentang pengalaman hidupnya, tentang keluarganya, dan tentang bagaimana ia sampai bersekolah di Singapura. Dan mengapa ia memilih Azmi untuk menjadi calon pendamping hidupnya.
Saat pertama kali melihat Azmi di perkumpulan mahasiswa international dulu, Sadam memerhatikan Azmi, ia yakin bahwa Azmi adalah perempuan baik-baik, tidak seperti teman-teman perempuan yang ia temui di Singapura. Sadam segera menghapus perasaan yang muncul saat itu, karena ia sangat sadar bahwa sikapnya tidak mencerminkan akhlak yang baik seperti teladan Rasulullah. Setelah kelulusan dari studi master yang ia jalani, ia berencana untuk menikah dengan muslimah dari negaranya di Yaman, namun saat berkumpul dengan teman dari Indonesia yang mengabarkan hendak menikah juga, ia jadi teringat akan seorang muslimah dari Indonesia, Azmi. Entahlah, mungkin Allah yang menunjukkan jalan ini. Sadam sudah lama berdoa agar diberi petunjuk akan jodoh pedamping hidupnya, dan sampailah ia di tempat sekarang ini, di rumah Azmi.
Setelah Sadam kembali ke hotel, Azmi kembali memikirkan perihal ta'aruf ini. Memang sudah waktunya ia menyempurnakan separuh diennya, namun haruskah dengan laki-laki yang cukup berbeda ini? Sedari dulu ia membayangkan menjalani kehidupan dengan suami yang sama-sama dari Indonesia, mungkin sama-sama bersuku jawa, dan tak pernah sedikitpun ia membayangkan ada seorang laki-laki arab dari negeri yang jauh disana hendak menikahinya. Tentu masih banyak yang ingin Azmi pastikan tentang kehidupannya kelak jika bersama Sadam, dimana ia akan tinggal jika menikah dengan Sadam, apa visi dan misi lelaki Yaman ini dalam menjalani kehidupan dan dalam beragama . . .
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar