Rabu, 02 Oktober 2013

Suatu Pemikiran pada Suatu Pemahaman



          Berangkat dari semangat dakwah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, dalam menyebarkan agama Islam, menyebarkan keindahan Islam, menyebarkan kebenaran. Begitu pula para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabiin, dan seterusnya kemudian para ulama, para da’i dan bahkan guru-guru dan sahabat-sahabat yang saya miliki sekarang. Tentu ilmu saya jelas sangatlah minim, sangat-sangat minim. Tak jarang saya juga berbuat salah, namun diingatkan kembali pada hadits “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) yang tak pernah menghentikan semangat saya dalam menyampaikan kebenaran, selain itu juga sebagai penyemangat saya pribadi untuk mengamalkan apa yang saya dapatkan, namun kemudian tetap berusaha untuk belajar kembali dari kesalahan-kesalahan saya, dari kekurangan-kekurangan saya dan juga belajar dari pengalaman-pengalaman orang lain. Sering pula saya salah dalam tata cara penyampaian, hal itu tak lain karena minimnya ilmu yang saya miliki, atau karena keteledoran saya pribadi, atau faktor-faktor lainnya.
          Mengingat kembali kepada para inspirator saya, tak jarang orang membenci bahkan mencaci maki mereka. Ingatlah perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan dienul Islam; dicaci maki, dihina, disakiti, bahkan hendak dibunuh oleh para penentang beliau. Banyak pejuang-pejuang dienul Islam yang juga mengalami cobaan yang serupa, mereka dihina, dipenjara, dikubur hidup-hidup, dibunuh secara berlahan agar merasakan betapa sakitnya penyiksaan menuju kematian. Apa yang kita alami tentu masih belum seberapa dibandingkan dengan ujian orang-orang shalih, sedangkan amal dan perjuangan kita masih sangat sedikit.
"Apakah manusia mengira bahawa mereka akan dibiarkan mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji?" (QS Al-Ankabut:2-3)
         
         Siapa yang tidak kenal Bilal bin Rabah? Dan siapalah yang tidak menitikkan air mata mendengar atau membaca kisah beliau r.a.  Siksaan bertubi-tubi yang dilancarkan kaum kafirin Quraisy terhadap seluruh muslimin yang lemah saat itu begitu berat, termasuk yang dialami Bilal, perjuangan mempertahankan aqidah yang sungguh luar biasa, yang seharusnya dimiliki oleh setiap pribadi muslim.  Ya, tentang Aqidah, salah satu problematika yang kini sedang melanda generasi umat muslim. Banyaknya paham-paham di luar Islam yang mulai menggerogoti keyakinan dalam tubuh umat Islam. Bahkan tak jarang jargon-jargon dari paham-paham tersebut diseru-serukan dan dibangga-banggakan oleh umat Islam itu sendiri.
Sungguh, saya sedang tidak membatas-batasi cara pandang manusia, mungkin orang lain beranggapan bahwa cara pandang saya ini sangatlah sempit. Namun saya hanya berusaha memandang dalam kaca mata Islam secara kaffah. Karena bagi saya, hanya Islamlah satu-satu agama yang haq, satu-satunya pedoman yang benar dalam kita menjalani kehidupan di seluruh sendinya.
          
          Disini dalam memahami konteks ‘benar’ tentu sangatlah luas, bahkan bisa jadi akan munimbulkan pertanyaan ‘Benar menurut siapa?’ dan tentu saja benar menurut Allah! Lalu bagaimana kita tahu bahwa hal ini atau hal itu adalah benar menurut Allah? Disini saya berusaha keras untuk sangat hati-hati dalam menyampaikannya. Dari pertanyaan tersebutlah yang seharusnya membuat setiap muslim berusaha mempelajari syari’at Islam agar memahami apa-apa yang sebenarnya Allah kehendaki, apa-apa yang Allah ridhoi dan tidak Allah ridhoi, dan telah diterangkan melalui syari’at Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Rasulullah shalallahu’alaihiwassalam  dan sudah menjadi kewajiban setiap muslim untuk mempelajari ilmu agama ini, terlebih ilmu aqidah sebagai pondasi utama seorang muslim.  

          Kali ini saya menekankan dan memfokuskan untuk berhati-hatilah pada paham pluralisme yang menganggap bahwa semua agama itu sama, atau semua agama itu benar atau baik. Namun katakanlah semua agama itu baik menurut keyakinannya masing-masing, dan keyakinan masing-masing manusia tentu belum pasti benar dan sesuai menurut pandangan Allah. Karena hanya Islamlah agama yang diridhoi oleh Allah dan inilah(Islam) agama yang haq(benar).
(إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ (ءال عمران
 “Sesungguhnya agama yang diridlai oleh Allah hanya agama Islam”, QS. Ali ‘Imran: 19.
        
         Lantas, jika agama yang diridhai Allah hanya agama Islam, bagaimana dengan penganut agama-agama lainnya? Bagaimana amalan-amalan kebaikan yang pernah dilakukannya? Bagaimana kedermawanan mereka dicatat?
 “Siapa yang melakukan amal shalih, baik laki-laki atau perempuan sedang dia itu mukmin, maka Kami akan berikan kepadanya penghidupan yang baik serta Kami akan memberikan kepadanya balasan dengan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka amalkan” (QS. An Nahl [16]: 97).

 “Siapa yang melakukan amal shalih, baik laki-laki atau perempuan sedangkan dia mukmin, maka mereka masuk surga seraya mereka diberi rizqi di dalamnya tanpa perhitungan” (QS. Ghafir/Al Mukmin [40]: 40)

 “Dan siapa yang melakukan amal shalih, sedang dia itu mukmin, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya dan sesungguhnya Kami tuliskan bagi dia apa yang dia lakukan” (QS. Al Anbiya [21]: 94)

Semua ayat mengisyaratkan bahwa iman adalah syarat untuk diterimanya amal shalih.

 “Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka (orang-orang musyrik/ kafir) adalah bagaikan debu yang diterpa oleh angin kencang di hari yang penuh badai” (QS. Ibrahim [14]: 18)

“Dan orang-orang kafir amalan mereka itu bagaikan fatamorgana di tanah lapang, yang dikira air oleh orang yang dahaga, sehingga tatkala dia mendatanginya ternyata dia tidak mendapatkan apa-apa, justeru dia mendapatkan (ketetapan) Allah disana kemudian Dia menyempurnakan penghisaban-Nya” (QS. An Nur [24]: 39)

Masih banyak lagi ayat-ayat lainnya yang menjelaskan tentang amalan yang sia-sia bagi mereka yang menyekutukan Allah. Ini (tauhid) adalah syarat paling mendasar yang jarang diperhatikan oleh banyak orang. Inilah sebagian jawaban bagi mereka yang masih membangga-banggakan jargon-jargon liberalisme atau pluralisme.

Tulisan ini semata-mata saya tulis karena Allah, dan untuk menggugurkan kewajiban saya dalam menyampaikan kebenaran, dan hanya Allah sajalah yang mampu membukakan maupun menutup pintu hidayah kepada manusia. Sungguh tak ada maksud lain selain dari hal tersebut, senantiasa mengharap rahmat Allah agar membukakan pintu hidayah kepada kita semua dan agar diberikan akhir yang khusnul khatimah. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin
Wallahu a’lam bish-shawab

Sabtu, 21 September 2013

Kebiasaan pun Berbuah Pahala

Sebuah wasiat agar kita senantiasa memperhatikan niat pada setiap amalan yang kita lakukan.Carilah niat yang baik, karena kita akan diganjar dengannya. Ulama berkata,

“Berapa banyak amalan kecil yang ganjarannya dilipatgandakan dengan niat?” Ya, amalan kecil. Saya memberikan uang seribu rupiah kepada seorang fakir miskin, tetapi di hati saya ada perasaan rindu kepada Allah. Lalu saya memberikan uang tersebut dengan sembunyi-sembunyi, sehingga saya termasuk tujuh hamba yang dinaungi oleh naungan Allah. Amal tersebut menjadi besar di sisi Allah. Bahkan dengan niat, mampu mengubah adat kebiasaan menjadi ibadah.

Sungguh ada keberuntungan bagi orang yang ikhlas. Ia akan mendapat naungan rahmat dan juga anugerah dari Allah. Bagi orang yang ikhlas, ia tidak akan melakukan sesuatu kecuali ia kemas niatnya agar lurus hanya karena Allah semata.

Saat hendak duduk dikursi misalnya, ia pun membaca “Bismillahirrahmanirrahim” dengan penghayatan di dalam hati bahwa jika tidak karena Allah yang memberinya kekuatan dan kesehatan, maka ia tidak akan mampu untuk duduk. Ia pun bahkan akan mengatakan, “Ya Allah, semoga aktivitas duduk ini menjadi amalan kebaikan.” Lisannya senantiasa memuji Allah atas nikmat berupa kemampuan untuk duduk, sehingga ia dapat beristirahat menghilangkan penat dan lelah.Banyak orang yang melakukan aktivitas duduk, namun tidak mendapatkan pertambahan nilai apapun selain hanya menaruh pantat di kursi, sehingga tidak perlu heran jika suatu saat Allah memberinya teguran dengan penyakit ambien atau bisul.

Begitu pun ketika makan, mari kita sempurnakan niat dalam hati. Tiada satu hari pun yang luput dari limpahan curahan nikmat-Nya.Kalau membeli sesuatu pun, mari kita niatkan bahwa apa yang dibeliitu karena Allah. Salah satu contohnya ketika membeli kendaraan.
Menurut Rasulullah,kendaraan itu ada tiga :
1. Kendaraan untuk Allah
2. Kendaraan untuk setan
3. Kendaraan untuk dirisendiri
Kalau niatnya benar,dipakai untuk kemaslahatan, seperti untuk ibadah, untuk Islam, dan juga untuk muamalah lainnya, maka inilah kendaraan untuk Allah. Namun jika sekedar untuk riya', pamer, ujub, maka inilah kendaraan untuk setan. Adapun kendaraan hanya dipakai untuk menuruti keinginan, makainilah kendaraan untuk diri sendiri.Ikhlaskanlah segala sesuatu hanya karena Allah. Kunci ikhlas adalah niat. Katakanlah, “Ya Allah, saya memerlukan kendaraan yang layakuntuk bisa meringankan dalam menuntut ilmu, dalam bekerja, berbuat amal kebaikan dan bisa meringankan dalam menjaga amanah, serta semakin mendekatkan diri pada-Mu.”. Niat seperti ini perlu kita lakukan dalam kehidupan. Perhatikanlah agama yang indah ini, yang mengubah adat kebiasaan menjadi ibadah.

"Katakanlah:“Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah . . .”” (Al-An'am : 162)

Mungkin, di antara kita ada yang ingin menjadi seorang yang kaya. Ada apa dengan menjadiorang kaya? Menjadi kaya ternyata mampu menjadikan manusia lebih mulia dari manusia yang lain dalam pandangan manusia, lalu bebas menikmati waktu untuk bepergian, dan sebagainya. Dengan tujuan seperti ini, ia tidak akan memperoleh pahala, maka berniatlah! Ikhlaskan hati karena Allah. Tiada gunanya menjadi kaya karena dunia.Tetapi katakanlah pada diri, “akan lebih berguna jika aku kaya untuk berinfak di jalan Allah”

Apa yang kita harapkan dari melahirkan anak, ya ukhti? Hanya sekedar menjadikannya teman bercanda? Katakanlah, “Aku ingin melahirkan anak-anak yang mentauhidkan Allah. Aku akan gembira dengan anakku yang sujud di hadapan-Mu, wahai Tuhanku. Ia menjadi seperti Shalahuddin atau Khalid bin Walid. Aku berharap anakku menjadi hamba-hamba-Mu wahai Tuhanku.”Jika kita meniatkan ini,maka semua jerit tangis anak yang nyaris menghalangi kita dari tidur nyenyak di malam hari, serta semua rasa letih dalam mengasuh anak, akan berubah menjadi pahala bagi kita. Mengapa? Karena kita berniat untuk mendidik anak untuk menjadi hamba Allah.

Teringat sebuah kalimat yang menggambarkan sosok seorang mukhlis, Umar bin Abdul Aziz. “Tiadalah Umar bin Abdul Aziz itu melangkahkan kaki kecuali dengan niat.”

Mari kita ikhtiarkan niat-niat ini! Untuk sempurna dalam berikhlas memang sulit, namun berniat dalam melakukan ibadah dan adat kebiasaan akan sangat mungkin dilakukan. Awali semua aktivitas dengan niat karena Allah.

Referensi : Hati Sebening Mata Air, Indahnya Kematian.

Jumat, 20 September 2013

Ikhlaskanlah Diri Anda Menjadi Pribadi yang Baik


Bismillah...
 
Kesungguhan dan keikhlasan dalam berjuang, mungkin itu yang masih minim sekali saya miliki..

Dan sungguh, betapa pentingnya memiliki sahabat yg shaleh, yg akan senantiasa mengingatkan kita untuk berjalan di atas kebaikan dan menjauhi kelokan kebatilan.

Diingatkan kembali pada salah satu motto hidup saya,  "ikhlaskanlah diri Anda menjadi pribadi yang baik"...Setiap prinsip dan komitmen pasti akan diuji, dan kemarin saya sempat terlupa akan satu kalimat tersebut, yaitu tetap berbuat baik terhadap orang lain, meskipun ia yg telah menzalimi diri kita, secara umum bisa menzalimi dalam bentuk apapun, mengambil hak kita atau harta kita, mencela atau mengolok-olok kita dan lain sebagainya. Semoga Allah memaafkan segala kesalahan saya dan kesalahan beliau. Sebetulnya saya masih sangat kesal, betapa keruhnya hati ini saat dilingkupi dengan kebencian dan rasa geram meski tak dapat berbuat apa-apa. Kemudian saya kembali diingatkan lagi oleh kata-kata seorang sahabat saya --Barangkali dengan anti tetap berbuat baik terhadapnya, ia akan sadar dan mengakui kesalahannya, dengan begitu anti pun dapat merangkulnya menuju jalan kebaikan.--

Inilah seni menikmati hidup yang mungkin belum pernah saya pelajari atau mungkin sempat terlupakan dalam diri saya. Ikhlaskanlah diri Anda menjadi pribadi yang baik, jangan sekedar teori, jika datang kesempatan itu maka praktekkanlah, jika datang ujian itu maka terapkanlah..

Setelah itu saya mencoba bersikap baik terhadap beliau seolah tidak terjadi apa-apa, dan alhamdulillah kekeruhan dalam hati ini lambat laun mencair, bak tercairkan oleh air dingin sesejuk es di tengah kondisi yang panas.

Mungkin akan ada dampak baik lain setelah ini, setelah proses pengikhlasan dan pemaafan ini.. Semoga Allah memaafkan dosa-dosa saya, dosa-dosa orang-orang terdekat saya, dosa-dosa orang-orang yang tetap berbuat baik dan ikhlas dan dosa-dosa orang yang menzalimi saudaranya semoga segera diketukan pintu hidayah.. Aamiin

Minggu, 04 Agustus 2013

Angin yang Membawaku

"Risma berubah", komentar salah seorang ikhwan yang dulu pernah menjadi sahabatku, "Risma dah nggak kayak dulu lagi, udah nggak asik lagi sekarang." Bercampur aduk perasaanku saat itu, antara "inilah aku sekarang!" atau "aku harus bagaimana?"

Aku tetap seperti dulu yang begitu mudah tertawa, yang begitu mudah melontarkan candaan-candaan, namun kini aku mencoba memahami tempatnya. Aku tak bisa lagi jalan-jalan bersama kalian, tak bisa lagi makan-makan bersama kalian, sepedaan bersama kalian. Aku kembali seperti dulu sebelum aku bertemu kalian, menjadi perempuan yang hanya ingin tinggal di rumah jika tak ada kegiatan yang bermanfaat di luar rumah, menjadi perempuan yang cuek secuek-cueknya terhadap hal-hal yang tak penting, menjadi perempuan yang bepergian hanya dengan sesama teman perempuan atau mahramku saja.


Inilah aku sekarang, aku tak harus memenuhi keinginan setiap orang terhadapku, karena hidupku bukan untuk membahagiakan semua orang, namun berusaha menjalani ketaatan kepada Allah, begitu panjang proses yang kujalani, terima kasih atas segala limpahan rahmat, rahim dan karunia-Mu Allah.

rumah, 4 Agustus 2013

Selasa, 30 Juli 2013

Ramadan


Bismillahirrahmanirrahim..


Tinggal seminggu lagi Ramadhan tahun ini akan segera berakhir. Setiap Ramadhan selalu menjadi moment istimewa untukku dan masih tak rela rasanya jika Ramadhan ini harus berakhir, berbagai acara amal diadakan di bulan ini, banyak kajian-kajian disiarkan di televisi, banyak ilmu-ilmu keislaman menjadi topik utama, acara buka bersama, dan sebagainya. Seringkali aku berandai-andai, jika Ramadhan diperpanjang menjadi 2 bulan, hmm, mungkin akan ada banyak orang yang terlalu lelah berpuasa atau menjadi bosan. Jika Ramadhan sepanjang tahun? ah, ini lagi, mungkin Ramadhan tidak lagi menjadi bulan Istimewa, semakin banyak orang yang melalaikannya. Perasaan yang sama, dengan akhir Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, campur aduk, masih belum rela rasanya Ramadhan harus meninggalkan kami, begitu banyak kemuliaan di bulan ini, masih banyak yang ingin dilakukan untuk Ramadhan, namun semua terbayarkan dengan penantian panjang untuk hari Fitri, berjuta kebahagiaan di hari tersebut, hadiah terindah setelah satu bulan berpuasa. Semoga Allah mengijinkanku untuk berjumpa lagi dengan Ramadhan berikutnya bersama keluarga dengan penuh kebahagiaan seperti Ramadhan tahun ini dna tahun-tahun sebelumnya.

Kamis, 25 Juli 2013

Telingaku yang Terdekat dengan Lisanku

Bismillahirrahmanirrahim.


Baru akhir-akhir ini aku mampu berbicara di depan publik menyampaikan petuah-petuah yang masih bersandar di dalam ingatanku. Namun baru kemarin aku mampu menyampaikannya secara spontan, entah darimana kata-kata itu berasal, keluar saja dari lisanku, namun aku juga sering menyampaikannya secara dialog dengan adik laki-lakiku. Mungkin karena yang kuhadapi adalah anak-anak juga, namun tetap saja, aku tak punya pengalaman dalam hal ini, tak punya pengalaman menjadi guru, tak punya pengalaman menjadi mentor. Hanya berbekal niat, keinginan untuk menyampaikan semua unek-unek di dalam hati bahwa aku ingin sekali menjadikan mereka generasi Islam yang berakhlak mulia seperti Nabi Muhammad S.A.W sebagai teladhan terbaik akhlak mulia, aku ingin mereka mengenal Islam lebih mendalam sehingga mereka mampu mencintai Islam dengan sebenarnya, mencintai Al Qur'an, dan sangat penting jika dimulai sejak dini.

Aku pernah menjadi anak-anak seperti mereka, dan ketika aku mendengar segala nasehat dari guruku dulu, aku benar-benar menerapkannya hingga sekarang. Aku begitu menyayangi anak-anak ini, anak-anak peserta kajian di masjid. Disini, pelajaran akhlak lah yang ingin kutancapkan dengan matang di dalam hati mereka. Selain pelajaran dari pemateri-pemateri KIIR lainnya. hmm, posisiku bukan sebagai pemateri, aku merasa belum layak akan hal itu, namun aku masih bisa menyampaikan segala apa yang ingin kusampaikan di sela-sela acara, baik ketika menunggu pemateri datang maupun setelah selesai acara.

Aku mencoba belajar menyampaikan kata-kata motivasi yang setiap hari sudah kucoba untuk kuterapkan dalam kehidupanku. Namun bukan hal mudah bagiku merangkainya menjadi kata-kata yang indah untuk didengarkan dan dipahami dengan baik, sehingga benar-benar merasuk ke dalam hati pendengarnya. Aku begitu meyakini kejaiban doa jika dilakukan dengan kesungguhan dan penuh pengharapan. Namun biasanya kesungguhan dapat diciptakan melalui usaha maksimal yang sudah dilakukan, artinya kita perlu berikhtiar, berdo'a dan tawakkal.

Betapa indahnya kehidupan Islami, segalanya dijalani dengan kebaikan karena memang itulah yang diajarkan oleh sang pembawa pesan ajaran Islam dari Allah SWT, yakni Rasulullah S.A.W, Nabi Muhammad S.A.W. Berhadapan dengan anak-anak, menyampaikan segala nasehat untukku dan untuk mereka, pikiranku selalu melayang jauh, membayangkan anak-anakku kelak, betapa aku ingin mereka menjadi seorang penghafal al Qur'an yang dicintai Allah, para malaikat, dan seluruh ummat muslim. Aku ingin mereka menjadi seorang yang faqih, shaleh, beriman dan bertaqwa, segala kebaikan ada padanya. Allah.. betapa indahnya anugrah itu. 
Alhamdulillah, Terimakasih juga kepada anak-anak kajian di masjid agung kota kecilku yang terus mengingatkanku akan anugrah terindah tersebut, sesungguhnya segala nasehat yang kusampaikan kepada kalian, pada dasarnya adalah nasehat untuk diriku juga.

Rabu, 17 Juli 2013

Panggilan Lain dari Masjid di Kota Kecilku

Bismillahirrahmanirrahim
Aku teringat pada keinginanku beberapa bulan lalu, bulan-bulan sebelum Ramadhan. Hal-hal yang ingin kulakukan selama Ramadhan, kukatakan pada diriku bahwa aku hanya ingin fokus pada Al Qur'an dan hanya pada Al Qur'an. Aku tidak ingin kecolongan lagi seperti Ramadhan-Ramadhan sebelumnya.
Kutekadkan kembali bahwa Ramadhan kali ini aku ingin membatasi kegiatan-kegiatanku di masjid. Aku tidak ingin ikut kepanitiaan Ramadhan agar bisa fokus pada Al Qur'an!

Namun pada kenyataannya aku tetap tak bisa meninggalkan kegiatan di masjid, ada panggilan jiwa yang tak bisa ku abaikan. Ketika kukatakan pada diriku, 'biarkan sajalah kegiatan itu mau berlangsung bagaimana, aku tidak peduli, teman-teman sekarang juga sudah belajar dari Ramadhan tahun lalu'
Ah, jahatnya aku. Bukankah kegiatan di masjid juga merupakan ladang amal yang senantiasa subur ketika kita bisa menyiraminya dan merawatnya dengan baik dan penuh keikhlasan.
Saat kucek kembali persiapan apa yang sedang dilakukan teman-teman seperjuangan di masjid, ternyata belum terbentuk kepanitiaan dengan alasan ingin rehat kegiatan untuk Ramadhan kali ini. Sedikit kaget mendengarnya, 1 bulan sebelum Ramadhan, dan belum terbentuk kepanitiaan. tapi nampaknya hanya 1-2 orang yang tahu alasan ini. Ku kompori lagi teman-teman yang lain, sudah sejauh mana persiapan kita? Jangan sampai agenda tahunan ini terhenti.
Hingga akhirnya semangat teman-teman tergugah, kusampaikan ini pada Pak Ketua, dan disetujui.

Agenda pertama Dugderan & Ngontel Bareng KARISMA Kendal, Senin 8 Juli 2013.
Aku sedikit acuh pada agenda ini, karna sedang menghindari keramaian musik dugderan, namun bagaimanapun juga ini tetap bagian dari agenda kami.
H-4 pendaftar baru berkisar 40 orang, panik. Mungkin bagi teman-teman sangat berlebihan ketika kuceritakan bahwa aku tidak bisa tidur memikirkan kegiatan ini. Setelah sebelumnya kudesain brosur sesederhana mungkin, keesokan harinya kusebarkan brosur tersebut ke perkampungan di dekat rumah.
H-3 tidak banyak perubahan pada jumlah pendaftar. tapi aku sudah begitu lelah karena berkeliling ke kampung-kampung.
H-2 ku sebar lagi brosur-brosur yang tersisa ke perkampungan yang lain.
H-1 80an pendaftar, sudah lumayan lah.
hari H, membludak hingga 206 pendaftar. Subhanallah.. Alhamdulillah.
namun ada banyak hal mengganjalkan hati pada kegiatan ini. Terutama pada ketidak konsistenan dan ketidak tegasan beberapa pihak berpengaruh. Bagaimana bisa, keputusan bersama ketika rapat diubah begitu saja secara sepihak pada hari H.
Kemudian dalam masalah pengamanan lalu lintas, saya rasa sudah menjadi tugas para polisi untuk membantu mengamankan lalu lintas pada rute dugderan ini, mereka sudah dibayar oleh negara melalui pajak masyarakat untuk membantu masyarakat. Memberikan snack makanan pun sudah termasuk harta Ghulul dan tentu dalam Islam tidak diperkenankan, tapi kali ini diberikan uang juga. Subhanallah, mereka sudah dibayar negara, kenapa dibayar lagi atas pekerjaan yang sudah semestinya dilakukan?

Sudahlah, acara sudah berlalu.
Semoga mampu menjadi bahan evaluasi dan belajar teman-teman semuanya.

Agenda kedua KIIR (Kajian Islam Intensif Ramadhan)
Hari ini adalah hari pembukaan KIIR, peserta yang sebelumnya hanya berkisar 32 orang, kini menjadi sekitar 60an orang pendaftar. Alhamdulillah..
Setelah haus begitu mencekat di tengah-tengah hari puasa, berkeliling ke sekolah-sekolah, akhirnya pendaftar mulai berdatangan pada hari H.
Persiapan sudah matang, hanya saja aku yang juga bertugas untuk mengkonsep acara, begitu otodidak saat itu juga, tak ada persiapan khusus. Hanya film-film bernuansa Islami yang kupersiapkan, kupertontonkan saja pada para peserta, dan menjadi bahan materiku saat itu, tak ada persiapan, seperti ngobrol saja dengan adikku di rumah ketika aku menceramahinya. Anak-anak kecil jauh lebih fokus ketika diberi film, itulah siasatku menghadapi anak-anak dengan jumlah yang cukup banyak dan suka ngobrol sendiri dengan teman-temannya.
Alhamdulillah.. semoga membekas di hati adik-adik peserta KIIR meskipun ilmuku begitu terbatas, dengan kata-kata yang spontan saja kusampaikan dengan sedikit terbata-bata.
Ketika aku memotivasi orang lain, saat itu juga aku memotivasi diriku. Aku belajar banyak hal pada hari ini. Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah, terimakasih pada teman-teman seperjuangan di KARISMA Kendal, kita berkumpul membentuk shaf fisabilillah. Jangan pernah menyerah, ketika ada kesempatan belajar, maka ambillah. Kita sama-sama datang dari nol di tempat ini, tapi kita mendapatkan banyak hal pada akhirnya.

Minggu, 12 Mei 2013

ABDULLAH BIN AMR BIN ASH

Bismillahirrahmanirrahim.
Sejak ia masuk Islam dan bersumpah setia kepada Rasulullah, bersamaan dengan hatinya yang mulai bercahaya bagai pagi hari oleh cahaya Allah dan cahaya ketaatannya, sejak saat itu ia fokus pada Al-Qur'an yang turun secara bertahap. Setiap ayat yang turun langsung dihafalnya. Sehingga setelah al-Qur'an turun dengan sempurna ia telah hafal semuanya.

Apabila pasukan Islam berangkat ke medan laga untuk menghadapi orang-orang kafir yang memerangi Islam, kita akan menjumpainya berada di barisan terdepan, berharap mendapatkan kesyahidan. Ia benar-benar ingin mati sebagai syahid.
Jika peperangan telah usai, dimana kita akan menemuinya?
Di masjid atau mushala rumahnya. Siang hari berpuasa dan malam hari dipergunakan untuk qiyamullail. Untuk mengetahui betapa tingginya tingkat ibadah Abdullah, kita bisa melihat sikap Rasulullah yang terpaksa ikut campur dalam urusan ini agar Abdullah tidak berlebihan dalam beribadah. Rasulullah juga berpesan kepada agar mematuhi ayahnya (Amr bin Ash).

Waktu terus berjalan. Mu'awiyah menolak kekhalifahan Ali. Ali tidak akan membiarkan pembangkangan dilakukan tidak pada tempatnya. Perang pun berkecamuk dengan sengitnya. Ketika Amr hendak berangkat ke Shiffin untuk berperang, ia memanggil Abdullah anaknya, "Bersiaplah untuk berangkat. Kamu akan ikut berperang di pihak kami (Mu'awiyah)"
"Itu tidak mungkin! Rasulullah telah berpesan kepadaku agar tidak membunuh sesama muslim."
Amr terus berusaha meyakinkan putranya, "Masih ingatkah kamu akan pesan Rasulullah.. . Rasul perpesan 'Taatilah ayahmu'. ."
Abdullah berangkat demi ketaatannya kepada sang ayah. Ia bertekad untuk tidak menghunus senjata.

Beberapa saat setelah pertempuran dimulai, terjadilah peristiwa yang menjadikan Abdullah bin Amr mengambil sikap tegas dan menentang pertempuran itu.
Ceritanya, 'Ammar bin Yasir berada di pihak Ali. Rasulullah telah mengabarkan tentang kematian 'Ammar bahwa ia akan dibunuh oleh kelompok pembangkang. Beberapa dari kelompok Mu'awiyah bersepakat untuk membunuhnya, mereka membidikkan anak panah mereka dan berhasil menghantarkan 'Ammar ke dunia para syuhada. Berita terbunuhnya 'Ammar tersebar dengan sangat cepat.

Abdullah berkeliling di antara pasukan Mu'awiyah dan menyatakan bahwa mereka adalah para pembangkang karena telah membunuh 'Ammar.

Mu'awiyah merasakan bahwa desas desus itu akan mengacu pembangkangan terhadapan dirinya, sehingga ia memikirkan suatu muslihat. Ia menyatakan bahwa yang membunuh 'Ammar bin Yasir tidak lain adalah orang yang mengajaknya untuk ikut berperang. Penjelasan Mu'awiyah langsung diterima oleh pengikutnya tanpa logika, maka pertempuran pun kembali dimulai.

Sedangkan Abdullah bin Amr kembali ke masjid dan ibadahnya. Akan tetapi keterlibatannya dalam perang Shiffin selalu membuatnya gundah.

Ketika usianya mencapai 72 tahun. Saat ia sedang berada di mushala rumahnya, beribadah, berdzikir, memuji Tuhannya, ia dipanggil untuk melakukan perjalanan abadi. "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dalam keadaan ridha dan diridhai. Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku"

'AMMAR BIN YASIR

Bismillahirrahmanirrahim..
Seandainya ada orang-orang yang dilahirkan di surga, tumbuh dan menjadi dewasa di taman surga, kemudian dibawa ke dunia untuk menjadi hiasan dan cahaya penerang, maka 'Ammar, ibunya (Sumayyah) dan ayahnya (Yasir) termasuk di antara mereka.
Mengapa kita katakan "seandainya", seolah-olah pengandaian belaka, padahal keluarga Yasir benar-benar penduduk surga.
Ketika Rasulullah bersabda, "Sabarlah, wahai keluarga Yasir. Tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah surga.", beliau tidak hanya sedang menghibur mereka, tetapi mempertegas apa yang beliau ketahui.
Keteguhan Sumayyah dalam menghadapi berbagai siksaan menjadikanya "ibu" bagi seluruh kaum muslimin sepanjang masa. Ialah syuhada pertama.

Setelah kaum muslimin menetap di Madinah. Rasulullah dan para sahabat bergotong royong membangun masjid Nabawi. Rasulullah, yang hatinya penuh rahmat melihat kiprah 'Ammar. Beliau mendekatinya. Setelah beberapa saat menatap wajahnya, beliau bereru dihadapan para sahabat, "Inilah putra Sumayyah. Dia akan tewas di tangan pemberontak."

Pemberontakan dan pertikaian pun terjadi pada masa khalifah Ali, dan berita tewasnya 'Ammar segera tersebar. Orang-orang pun tahu siapa yang menjadi kelompok pemberontak saat itu, tidak lain adalah kelompok Mu'awiyah.

Beberapa saat yang lalu, 'Ammar berdendang gembira di hadapan mereka di tengah medan perang,
"Hari ini aku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta, dengan Muhammad dan sahabatnya."

Surga telah merindukan 'Ammar. Kerinduan itu telah membuncah sejak lama, menunggu sampai 'Ammar menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya.

Kini, tugas itu telah terlaksana dengan baik, sekarang ia memenuhi panggilan kerinduan yang datang dari taman surga. Ia letakkan tombaknya, lalu pergi memenuhi panggilan itu.

Saat tangan-tangan para sahabat menimbun pasir ke pusara 'Ammar, ruhnya telah menggapai masa depannya. Disana, di taman surga yang telah lama merindukan kehadiran 'Ammar.

Sosok Ayah

Bismillahirrahmanirrahim.
Telfon berdering saat aku sedang berada di kampus. Kulihat pada layar handphone bertuliskan Abah is calling. Aku mengangkat telfon dari beliau. Tak kuasa aku menahan air mata, berkaca pada pelupuk dan menetes membasahi pipi dan kerudungku. Aku merindukannya, namun ada hal lain yang membuatku menangis tersedu saat itu.

Memperhatikan taman-taman di kampus sembari mendengar suara beliau begitu menentramkan. Beberapa waktu yang lalu aku meminta izin kepada beliau jika liburan aku ingin menimba ilmu di Kediri di sebuah pondok Al-Qur'an dan kampung bahasa disana. Terdengar suara Ayah yang begitu berat untuk menjawabnya, "Iya ga papa. Tapi kalau di Kaliwungu saja gimana mbak?", tanya beliau. Ayah selalu memanggilku mbak, karena aku mempunyai seorang adik.
"di Kaliwungu ndak ada kampung bahasanya,Pah. Biar ndak mbosen, dikasih selingan antara belajar bahasa sama belajar Al-Qur'an.", jawabku. Ayah tak menanggapi lagi.

Kini tiba-tiba Ayah kembali membincangkan tentang hal itu, ternyata beliau mencarikan pondok Al-Qur'an + bahasa yang masih dekat dengan rumah. "Mbak, kalau pondok Al-Qur'annya di Sukorejo bagaimana? disana ada pembelajaran bahasa juga."
Kini aku mengerti, betapa lembut kata-kata Ayah. Beliau bukan tak mengijinkanku, tapi ingin aku tidak jauh-jauh lagi dari beliau di liburan ini. Sekarang aku menurut. Ayah betapa lembut kata-kata Ayah, bahkan Ayah tidak pernah bilang 'Tidak boleh' kepadaku.

Tiba-tiba aku mengangis dengan semakin terisak. "Kenapa mbak?" tanya Ayah. Suaraku tercekat, hanya isak tangis yang keluar. Aku ceritakan masalahku dua hari ini. Ayah mendengarkan dengan seksama hingga aku selesai.
"Ngga apa-apa mbak. Apa yang sudah Allah kasih ke kita sudah sangat banyak. Masalah ini tidak perlu dijadikan beban. Ini hanya masalah kecil, untuk pembelajaran saja ya. Namun jangan jadikan hal ini menjadi penghambat bagimu untuk selalu berbuat baik pada orang lain. Banyak-banyak beristighfar ya.."

Aku teringat pesan Ayah 3 tahun lalu, di meja makan kami. Kala itu sedang ramai berita tentang jebolnya sebuah tanggul di daerah Jakarta sehingga terjadi banjir besar disana. "Apakah kita pantas menyebutnya sebagai musibah atau bencana dari-Nya, padahal diri ini milik-Nya. Layaknya seorang pelukis, ia berhak melakukan apapun terhadap lukisannya. Mau membuangnya, atau memajangnya, terserah pada si pelukis itu. Diri ini milik-Nya, dan akan kembali kepada-Nya."

Ayah.. Aku ingin kelak mempunyai imam yang begitu pengertian seperti Ayah..

THALHAH BIN UBAIDILLAH & ZUBAIR BIN AWWAM

Bismillahirrahmanirrahim. 
Sewaktu Rasulullah mempersaudarakan sahabatnya di Mekah sebelum hijrah, beliau mempersaudarakan Thalhah bin Ubaidillah dengan Zubair bin Awwam.
Sudah sejak lama Nabi Muhammad bersabda tentang keduanya secara bersamaaan, seperti sabda beliau, "Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku di surga."

Keduanya masih kerabat Rasulullah. Thalhah masih keturunan kakek buyut Rasulullah yang bernama Murrah bin Ka'ab, sedangkan Zubair masih keturunan kakek buyut Rasulullah yang bernama Qusai bin Kilab. Ibu Zubair (Shafiyah) juga bibi Rasulullah.

Thalhah dan Zubair mempuyai banyak kesamaan dalam menjalani roda kehidupan. Masa remaja, keteguhan dalam beragama, kedermawanan, dan keberanian mereka hampir sama. Keduanya termasuk orang-orang yang masuk Islam di awal. Dan termasuk 10 orang yang dikabarkan Rasulullah masuk surga. Termasuk enam orang yang diamanahi khalifah Umar untuk memilih khalifah pengganti. Bahkan, ketika kematian keduanya sama persis.

Saat setelah pemakaman Thalhah dan Zubair, Khalifah Ali berdiri melepas keduanya dengan kata-kata indah,
"Sesungguhnya aku benar-benar berharap masuk bersama Thalhah, Zubair, dan Utsman, dalam golongan yang difirmankan Allah,
'Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan'(Al Hijr:47)"

Salam sejahtera untukmu wahai Thalhah dan Zubair..
Beribu salam sejahtera untukmu wahai pembela Rasulullah..
 

Sabtu, 13 April 2013

DIRI WANITA


Bismillahirrahmanirrahim. .

Kaum feminis bilang susah jadi wanita, lihat saja peraturan dibawah ini :

1. Wanita auratnya lebih susah dijaga (lebih banyak) dibanding lelaki.

2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.

3. Wanita saksinya (apabila menjadi saksi) kurang berbanding lelaki.

4. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki.

5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.

6. Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat pada isterinya.

7. Talak terletak di tangan suami dan bukan isteri.

8. Wanita kurang dalam beribadat karena adanya masalah haid dan nifas yang tak ada pada lelaki.


Quote:

Itu sebabnya mereka tidak henti-hentinya berpromosi untuk "MEMERDEKAKAN WANITA". Pernahkah kita lihat sebaliknya (kenyataannya) ? 

1. Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan ditempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiar terserak bukan? Itulah bandingannya dengan seorang wanita.

2. Wanita perlu taat kepada suami, tetapi tahukah lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada bapaknya?
  
3. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki, tetapi tahukah harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya, sementara apabila lelaki menerima warisan, ia perlu/wajib juga menggunakan hartanya untuk isteri dan anak-anak.

4. Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi tahukah bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat dan seluruh makhluk ALLAH di muka bumi ini, dan tahukah jika ia mati karena melahirkan adalah syahid dan surga menantinya.
  
5. Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggungjawabkan terhadap 4 wanita, yaitu : Isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya. Artinya, bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki, yaitu : suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.

6. Seorang wanita boleh memasuki pintu syurga melalui pintu surga yang mana saja yang disukainya, cukup dengan 4 syarat saja, yaitu : salat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat kepada suaminya dan menjaga kehormatannya.


7. Seorang lelaki wajib berjihad fisabilillah, sementara bagi wanita jika taat akan suaminya, serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH, maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi berjihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.

Quote:

Masya ALLAH ! Demikian sayangnya ALLAH pada wanita... kan

Ingat firman Nya, bahwa mereka tidak akan berhenti melakukan segala upaya, sampai kita ikut tunduk kepada cara-cara peraturan buatan mereka. (emansipasi ala western) Yakinlah, bahwa sebagai dzat yang Maha Pencipta, yang menciptakan kita, maka sudah pasti Ia yang Maha Tahu akan manusia, sehingga segala hukumnya peraturannya, adalah YANG TERBAIK bagi manusia dibandingkan dengan segala peraturan hukum buatan manusia. Jagalah isterimu karena dia perhiasan, pakaian dan ladangmu, sebagaimana Rasulullah pernah mengajarkan agar kita (kaum lelaki) berbuat baik selalu (gently) terhadap isterimu.

Adalah sabda Rasulullah bahwa ketika kita memiliki dua atau lebih anak perempuan, mampu menjaga dan mengantarkannya menjadi muslimah yang baik, maka surga adalah jaminannya. (untuk anak laki2 berlaku kaidah yang berbeda).

Berbahagialah wahai para muslimah. Jangan risau hanya untuk apresiasi absurd dan semu di dunia ini. Tunaikan dan tegakkan kewajiban agamamu, niscaya surga menantimu.

Ayah

Bismillahirrahmanirrahim

"Anakku, waktu kadang terasa lambat bagi mereka yg menunggu, tp terlalu cepat bagi yg terburu buru. waktu terlalu panjang bagi mereka yg gundah, tp terlalu pendek bagi yg bahagia. Namun waktu adalah anugrah bagi mereka yg selalu bersyukur, dengan bersyukur, Allah akan membalas dengan rahman dan rahimNya. 
Syukur akan membukakan pintu cakrawala hidup. bersyukur membuat apa yang kita miliki menjadi cukup, bahkan lebih. anakku.. Jangan lupa utk menjaga tahajudmu, mg kita semua senantiasa diberkahi kesehatan dan keselamatan..... salam sayang selalu ", Pesan bapak saat aku tinggal beberapa bulan di melaka malaysia 2011 lalu. 

Seseorang yang selalu ku panggil pah atau bapak. Beliau adalah pemimpinku, beliau juga pemimpin masyarakat, nasihat-nasihat beliau selalu aku rindukan, saat dulu sering duduk berdua di meja makan atau di meja kerja atau saat beliau menceritakan berbagai kisah menjelang tidur siang. 

Terdiam aku menangis saat beliau berucap المرأةالصالحة ketika kukecup tangan beliau seminggu lalu setelah acara sumpah profesi kakak, aku hanya mengamini karena aku sangat sadar bahwa aku belum pantas disebut demikian. Tentu ada keinginan mutlak bahwa المرأةالصالحة itu harus ada pada diri, seiring itu harus ada usaha, tekat, ilmu, pengamalan istiqomah, yang demikian bisa lebih terbukti ketika menjalani bahtera rumah tangga apakah si fulanah betul-betul seorang المرأةالصالحة.

Sejak aku kecil, bapak ingin sekali aku sekolah di pesantren. Namun beliau tidak kuasa memaksaku jika aku tidak mau. Pernah suatu ketika aku berkeinginan untuk tinggal di pesantren untuk mengisi liburan, beliau mengajak pak dhe untuk memilihkan pesantren untukku. Saat aku tidak betah, dan meng-sms beliau dengan meminjam HP seorang pengurus pondok, beliau langsung datang menjengukku. Saat aku benar-benar ingin pulang karena ketidakcocokanku berada di tempat tersebut, beliau langsung menjemputku. Bapak tidak pernah memaksakan keinginan anak-anaknya. Ada saatnya beliau begitu memanjakan anak-anaknya, dan ada saatnya beliau membiarkan anak-anaknya menjalani pilihannya asalkan positif. Dari beliau aku belajar mandiri dimanapun aku berada hingga detik ini. Saat aku mendaftar SMP, SMA, Perguruan Tinggi hingga bapak dan ibu heran bagaimana aku mendapatkan kesempatan pertukaran pelajar dan bagaimana aku mendapatkan kesempatan belajar gratis dan bahkan ditanggung biaya hidupnya di salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia. Aku bukan siapa-siapa, aku bukan anak yang pintar maupun cerdas, itu berkat doa dan dorongan bapak dan ibu. Allah menunjukkan jalan ini.

Betapa aku tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku, betapa aku ingin membahagiakan mereka, dan betapa aku bercita-cita untuk mengejutkan mereka berdua kelak di surga dengan hadirnya hadiah mahkota kemuliaan yang terbuat dari cahaya. Kan kugapai itu sebelum ku meninggal nanti insyaa Allah. aamiin. 

Pah,bu, maafkan anakmu, jika sering kali menyusahkan bapak dan ibu, atau seringkali menyakiti bapak dan ibu, atau sering kali membuat bapak dan ibu bingung dengan kelakuan Riris. Riris cinta bapak dan ibu, karena Allah.


Kharisma Nugrahandani Restuti binti Shobirin
Kamar kos Tuisda 1.42, Dago, Bandung


Rabu, 03 April 2013

Pola Hidup Para Kekasih Allah


Bismillahirrahmanirrahim

Wali Allah ialah orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Aulia Allah tidak memiliki rasa takut dan rasa duka (sebagaimana rasa takut dan dukanya orang-orang yang tidak bertaqwa), karena ketinggian ketaqwaannya kepada Allah sehingga melahirkan tawakal kepada-Nya secara sepenuhnya bahwa itu terjadi karena qudrah dan iradah-Nya.
FirmanAllah :

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula), mereka bersedih hati, yaitu orang-orang beriman dan mereka selalu bertaqwa” (QS.Yunus (10): 62-63)

Karena itu hidup mereka selalu bergembira dalam keadaan yang bagaimanapun juga, mereka memang mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan hidup yang hakiki. “
Adapun di antara pola hidup mereka adalah
1.     Hidup sederhana dan tidak memaksakan diri, mereka menghadapi permasalahan kehidupan dengan seadanya. Kesederhanaan dalam hidup adalah hal yang terbaik, tidak memiliki kekayaan yang membuatnya kelewat batas dan tidak pula fakir yang membuatnya lupa akan Allah. Tapi cukuplah yang bisa memenuhi kebutuhan, memenuhi tuntutan kesehatan, dan memenuhi tujuan hidup. Standar kecukupan disini adalah punya rumah untuk tempat tinggal, seorang istri yang bisa memberikan keteduhan, kendaraan yang baik, dan harta yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2.     Ilmu mereka luas, penuh berkah, dan praktis. Ilmu mereka tidak retoris dan berbelit-belit.

3.     Bagi mereka amalan hati lebih berarti dari pada amalan fisik. Di hati mereka ada kesabaran, keikhlasan, dan   kepasrahan. Di hati mereka ada kecintaan kepada Allah, ada keinginan dekat dengan Allah yang memuncak, ada rasa khawatir amal-amal yang dia lakukan tidak berkenan di sisi Allah, ada perasaan takut tidak mendapatkan ridho Allah, dan lain sebagainya.

4.     Mereka sengaja mengurangi kenikmatan dunia, menjaga jarak dengannya, menjauhkan diri dari godaan dan kemewahannya. Semua ini membuat mereka berada dalam ketenangan, tuma’ninah dan sakinah.
Allah berfirman :

Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha kearah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al Israa’(17) : 19)

wallahu a'lam bishawab


Jejak yang Tertinggal di Negeri Singa (Bagian 1)

Sepulang kerja terasa begitu melelahkan bagi Azmi, ia langsung meletakkan tas kerjanya di samping tempat tidur dan segera mengorek isi tasnya dalam keadaan lelah, ada sms dari salah seorang mutarabi-nya bahwa ia  sudah mengirim tugas yang Azmi berikan minggu lalu. Sudah seminggu lebih Azmi tak membuka e-mailnya yang satu ini. Ada beberapa inbox masuk yang belum ia baca, dari beberapa mutarabinya dan dari teman Azmi, Sadam. Inbox dari Sadam ini begitu mengejutkan. Sadam, seorang teman lama dari Yaman yang ia temui di Singapura dua tahun lalu. Azmi sempat menimba ilmu di Singapura sekitar 2 tahun lamanya, dan ia bertemu dengan beberapa teman dari berbagai negara disana. 

Azmi kembali teriang pada saat-saat ia belajar di sana, Azmi memang sangat akrab dengan teman-teman dari lainnya terutama dari Indonesia. Saat itu sedang ada perkumpulan mahasiswa Indonesia yang ingin membahas tentang acara International Culture di kampus Azmi, dan saat itu Azmi bertemu dengan Sadam dan beberapa mahasiswa international lainnya. Sejak saat itu Azmi mulai berkomunikasi dengan mereka melalui jejaring sosial.

Azmi membaca dengan seksama inbox dari Sadam.

Assalamu'alaikum Azmi. How are you? How is your life? Azmi, I want to tell you that three months ago I returned to Yemen and asked to my parents for permission to work in Singapore. I have been accepted to work in a company here. My parents let me. Now I've had in Singapore. If you and your family do not mind, I'd like to meet you in Indonesia. Do you have free time for me?

Pesan ini, ah..Bagaimana bisa seorang ikhwan yang tak terlalu Azmi kenal ini menjadi seolah-olah begini akrabnya. Azmi hanya mengenal Sadam dari beberapa teman Indonesia yang satu flat dengan Sadam. Mengapa harus bilang ke Azmi kalau Sadam ingin berkunjung ke negara ini? Ada apa tiba-tiba Sadam ingin ke Indonesia? Dan bukankah masih banyak teman laki-laki dari Indonesia yang bisa ia hubungi, Mengapa menghubungi Azmi yang seorang perempuan? Pantaskah? Berbagai pertanyaan bergelayut di benak Azmi, ia bingung harus menjawab apa.


Wa'alaikumsalam warahmatullah. Alhamdulillah, I'm fine. How are you and how's your family? 
I'm glad to hear about you. I was surprised to read your email that you want to visit Indonesia. Have you inform Ardhi, Yahya and other friends that you want to come here?

Dua puluh menit kemudian Sadam telah membalas email Azmi. Betapa mengejutkannya bagi Azmi, bahwa Sadam ingin menemui Azmi dan keluarga Azmi saja. Sadam benar-benar berharap Azmi mau menerimanya. Dan akhirnya Azmi mengiyakan dan segera memutuskan jadwal pertemuannya dengan Sadam.

***

Tanggal pertemuan itu akan tiba esok. Azmi tentu sudah memberi tahu keluarganya tentang Sadam, dan telah mempersiapkan semuanya, bagaimana penjemputan dari bandara dan bagaimana penginapan Sadam. Orang tua Azmi sangat terbuka dalam menerima tamu dan sangat senang menyambut tamu yang tak biasa ini.

Ayah Azmi dan Azmi menjemput Sadam di bandara, Ayah Azmi berbicara dengan bahasa Arab pada Sadam. Azmi tak begitu mengerti perbincangan sang Ayah dengan Sadam. Sadam dan Ayah Azmi tetap saja melanjutnya perbincangannya sesampainya di rumah. 

"Sadamnya disuruh istirahat dulu aja bi." Kata Azmi yang menengok sang Ayah yang tengah asik ngobrol dengan Sadam di ruang tamu.
Saat sang Ayah mempersilahkan Sadam beristirahat, Sadam menolak. Ia ingin segera menuju ke topik utama pembicaraan. Ia ingin berkenalan lebih dalam lagi dengan Azmi, hanya itu yang Sadam sampaikan pada orang tua Azmi saat itu. Ah, sudah bisa Azmi tebak, hanya saja dulu-dulu ia tak mau terlalu percaya diri untuk mengira hal ini akan terjadi. Dan sekarang, Azmi bingung harus menjawab apa saat sang Ayah membicarakan hal ini padanya setelah Sadam diantar ke hotel terdekat dengan rumah.

Bercampur aduk perasaan menyelimuti Azmi malam itu. Ia memang tidak terlalu mengenal Sadam. Namun, bagaimana bisa Sadam memilih dirinya. Ini kan baru mau ta'aruf, pikir Azmi, Ia bisa saja menolak Sadam, tapi mungkin akan menjalani proses ini terlebih dahulu, jika Allah menghendaki Sadam adalah jodohnya. Malam ini Azmi terus terngiang akan apa yang sedang menimpa dirinya, Sadam laki-laki berdarah arab ini bagaimana bisa memilih Azmi, bukankah di luar sana masih banyak muslimah-muslimah yang jauh lebih baik dari Azmi. Apa yang Sadam lebihkan dari Azmi. Azmi hanya segera beristikharah, berharap segera menemukan petunjuk dari Allah.

Sadam seorang diri datang ke Indonesia, jadi proses ta'aruf hanya ia lakukan saat Ayah Azmi sedang di rumah. Azmi baru tahu bahwa Sadam adalah seorang hafidz sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar di Yaman. Selama ini Azmi hanya tau bahwa suara Sadam sangat indah ketika membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an saat Sadam menjadi imam di masjid kompleksnya dulu di Singapura. Tak sedikitpun Azmi memperhatikan Sadam saat itu. Banyak yang Sadam ceritakan tentang pengalaman hidupnya, tentang keluarganya, dan tentang bagaimana ia sampai bersekolah di Singapura. Dan mengapa ia memilih Azmi untuk menjadi calon pendamping hidupnya. 

Saat pertama kali melihat Azmi di perkumpulan mahasiswa international dulu, Sadam memerhatikan Azmi, ia yakin bahwa Azmi adalah perempuan baik-baik, tidak seperti teman-teman perempuan yang ia temui di Singapura. Sadam segera menghapus perasaan yang muncul saat itu, karena ia sangat sadar bahwa sikapnya tidak mencerminkan akhlak yang baik seperti teladan Rasulullah. Setelah kelulusan dari studi master yang ia jalani, ia berencana untuk menikah dengan muslimah dari negaranya di Yaman, namun saat berkumpul dengan teman dari Indonesia yang mengabarkan hendak menikah juga, ia jadi teringat akan  seorang muslimah dari Indonesia, Azmi.  Entahlah, mungkin Allah yang menunjukkan jalan ini. Sadam sudah lama berdoa agar diberi petunjuk akan jodoh pedamping hidupnya, dan sampailah ia di tempat sekarang ini, di rumah Azmi. 

Setelah Sadam kembali ke hotel, Azmi kembali memikirkan perihal ta'aruf ini. Memang sudah waktunya ia menyempurnakan separuh diennya, namun haruskah dengan laki-laki yang cukup berbeda ini? Sedari dulu ia membayangkan menjalani kehidupan dengan suami yang sama-sama dari Indonesia, mungkin sama-sama bersuku jawa, dan tak pernah sedikitpun ia membayangkan ada seorang laki-laki arab dari negeri yang jauh disana hendak menikahinya. Tentu masih banyak yang ingin Azmi pastikan tentang kehidupannya kelak jika bersama Sadam, dimana ia akan tinggal jika menikah dengan Sadam, apa visi dan misi lelaki Yaman ini dalam menjalani kehidupan dan dalam beragama . . .

 Bersambung...